Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Di tengah perlambatan kredit, perbankan terus menggenjot komisi dari berbagai lini. Salah satunya adalah pos bisnis pembiayaan perdagangan atawa trade finance.
Coba lihat Bank BNI. Selama semester I-2014, bank BUMN ini mencatatkan volume transaksi trade finance sebesar US$ 15,5 miliar. Angka ini meningkat 17,3% dibandingkan semester I tahun lalu (year on year).
Sebagai perbandingan, pada periode sama di tahun lalu, trade finance BNI hanya tumbuh 14,37%. "Pertumbuhan bisnis trade finance meningkat sesuai target," ujar Firman Wibowo, Senior Vice President Division Head BNI kepada KONTAN, Rabu (16/7).
Di akhir tahun ini, BNI menargetkan volume trade finance mencapai US$ 30,5 miliar. Agar tercapai, BNI memperbarui berbagai layanan. Misal, layanan IT Trade dan fasilitas BSTP (BNI Smart Trade Portal). Ini adalah layanan berbasis web yang memungkinkan nasabah BNI mengakses kapan pun dan dimana pun.
Strategi lain, BNI fokus menggarap debitur eksisting yang berpotensi melakukan transaksi trade finance. BNI juga membidik nasabah giro. "BNI juga fokus pada delapan sektor unggulan untuk meningkatkan volume trade finance," imbuh Firman.
Di sisi lain, Bank Rakyat Indonesia (BRI) membukukan hasil berbeda. Hingga akhir Juni 2014, volume trade finance di BRI sebesar US$ 9,2 miliar. Angka ini tumbuh 15% dari pencapaian semester I tahun lalu. Di sepanjang kuartal II, BRI berhasil menggeber volume transaksi hingga dua kali lipat dari posisi akhir kuartal I yang sebesar US$ 3,9 miliar.
"Di semester I tahun lalu, trade finance BRI hanya tumbuh kurang dari 10%," ujar Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI.
Tahun ini, BRI berambisi meningkatkan volume trade finance sebesar 20% dari tahun lalu. Di sepanjang tahun 2013 lalu, volume trade finance BRI mencapai US$ 19,5 miliar. Hingga akhir tahun ini, BRI akan fokus menggenjot transaksi ekspor. Alasannya, perlambatan ekonomi Indonesia melemahkan transaksi impor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News