Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Tendi Mahadi
Jadi, menurutnya tidak hanya SBN saja. Ada juga reksadana infrastruktur, Bisa juga obligasi yang diterbitkan BUMN infrastruktur, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) serta instrumen DINFRA. "Penempatan dana investasi sejauh ini yang terbesar adalah reksadana, lalu saham, lalu obligasi atau SBN," kata Togar kepada Kontan.co.id, (5/11).
"Umumnya untuk instrumen investasi ini tidak lebih dari 10%, Berbeda kalau di saham yang relatif lebih tinggi," lanjutnya.
PT Avrist Assurance, mencatatkan saat ini porsi kepemilikan perusahaan atas SBN lebih dari 60% dimana di atas dari ketentuan OJK yaitu pada 30%. Adapun total dana investasi perusahaan saat ini adalah sebesar Rp 8,7 triliun.
Baca Juga: Industri asuransi usulkan asuransi bencana jadi asuransi wajib
Terkait dengan ketentuan kepemilikan SBN, Direktur Keuangan Avrist Assurance Kan Tak Ho mengatakan, saat ini mengikuti Strategi Investasi yang digunakan oleh perusahaan yaitu lebih banyak mengalokasikan asset pada instrumen obligasi.
"Secara keseluruhan strategi alokasi asset tersebut masih sejalan dengan alokasi asset yang ada dalam kebijakan investasi dan SAA (strategy Asset Allocation) yang perusahaan miliki saat ini, dimana strategi asset disesuaikan pada profil kewajiban perusahaan," kata Kan Tak Ho kepada Kontan.co.id, Selasa (5/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News