Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Industri asuransi umum mencatatkan perlambatan premi sampai akhir kuartal ketiga tahun ini. Laju ekonomi yang melambat disebut sebagai biang keladinya.
Data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat sampai akhir September lalu industri mengumpulkan premi sebesar Rp 42,3 triliun. Angka ini tumbuh 10% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 38,5 triliun.
Meski masih naik, namun pertumbuhan tahun ini lebih rendah ketimbang capaian di triwulan ketiga tahun lalu. Dimana saat itu premi asuransi umum mengalami kenaikan setinggi 14,8%.
Direktur Eksekutif AAUI Julian Noor bilang, dampak dari melambatnya perekonomian ini diantaranya terlihat dari lesunya bisnis otomotif. Alhasil, lini bisnis asuransi kendaraan hanya tumbuh 5%.
Meski begitu lini bisnis tersebut masih menjadi kontributor terbesar dari premi keseluruhan. Sampai akhir kuartal III premi asuransi kendaraan mencapai Rp 12,27 triliun.
Artinya, 29% dari total premi asuransi umum masih berasal dari asuransi kendaraan. "Kondisi kita masih beruntung karena angka penjualan otomotif dari ATPM justru turun," kata dia, Senin (16/11).
Kontributor terbesar kedua ditempati asuransi harta benda sebesar Rp 12,22 triliun. Lini bisnis ini berhasil mencatatkan pertumbuhan premi sebesar 16,4% secara year on year.
Porsi premi dari asuransi harta benda ini mencapai 28,8% sampai triwulan ketiga 2015.
Posisi ketiga diisi asuransi kesehatan sebesar Rp 3,17 triliun alias 7,5% dari total premi. Lini bisnis asuransi kredit berada di posisi keempat sebesar Rp 2,69 triliun atau setara 6,4% dari total premi industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News