kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Punya Potensi Menarik Ke Depan, Pangsa Pasar Insurtech Belum Besar


Selasa, 17 Oktober 2023 / 11:45 WIB
Punya Potensi Menarik Ke Depan, Pangsa Pasar Insurtech Belum Besar
ILUSTRASI. Melalui brand Tri, IOH meluncurkan layanan terbarunya yaitu Bima Asuransi yang bekerjasama dengan PT. PasarPolis Insurance Broker (PPIB) sebagai afiliasi PT. PasarPolis Indonesia (PasarPolis) yang merupakan salah satu perusahaan insurance technology (insurtech) terdepan di Indonesia dan Asia Tenggara.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri asuransi yang memanfaatkan teknologi digital alias insurtech disebut-sebut memiliki potensi yang menarik ke depan. Pasalnya, industri asuransi Indonesia tengah mengalami kemajuan digitalisasi yang signifikan.

Pengamat Investasi Keuangan dan Asuransi, Wahju Rohmanti menyatakan bahwa insurtech merupakan cara atau konsep distribusi produk asuransi, dari konvensional menjadi digital.

“Saya kira insurtech ini pangsa pasarnya belum besar, karena baru tumbuh dan perkembangannya mengikuti pertumbuhan industri keuangan digital,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (16/10).

Baca Juga: Hingga Tahun 2026, Insurtech di Indonesia Diramal Tumbuh Empat Kali Lipat

Wahju menyebutkan bahwa, insurtech terdiri dari tiga jenis yaitu insurtech aggregator, intermediaries dan full stack insurtech. Menurutnya, dari ketiga jenis itu yang berperan dalam tumbuhnya industri asuransi adalah full stack insurtech.

“Karena merupakan jenis insurtech yang berbentuk atau berizin sebagai perusahaan asuransi yang mengintegrasikan seluruh proses bisnisnya dengan teknologi secara menyeluruh,” terangnya.

Dia melanjutkan, sedangkan insurtech aggregator dan insurtech intermediaries hanya lembaga penunjang dari beberapa bagian proses bisnis.

“Sehingga kalau bicara keuntungan dibanding konvensional, asumsi insurtech full stack tadi tentu diefisiensi dan praktis, terutama bagi kalangan konsumen muda,” imbuhnya. 

Wahju mengungkapkan, keuntungan lain dari full stack insurtech dibandingkan asuransi konvensional terletak pada penetapan premi yang dirancang lebih kecil.

Baca Juga: AAUI Beberkan Sejumlah Tantangan dan Peluang Industri Asuransi Hingga Akhir Tahun

“Semacam asuransi mikro, sehingga ini akan mendongkrak jangkauan masyarakat yg bisa mengakses produk asuransi,” ungkapnya.

Sementara keuntungan dari insurtech aggregator dan intermediary, lanjut Wahju, juga bisa meningkatkan pangsa pasar perusahaan asuransi yang menggunakan jasa keduanya secara tidak langsung.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan menyampaikan bahwa digitalisasi menyediakan produk asuransi yang terjangkau dan mudah diakses bagi pelanggan di seluruh Indonesia. Dengan begitu, kehadiran insurtech bisa menjangkau potensi ini.

“Insurtech di Indonesia diperkirakan akan tumbuh empat kali lipat selama 2021-2026 dan mencapai ukuran premi bruto yang bernilai miliaran dolar,” ujarnya di acara Indonesia Rendezvous 2023, di Nusa Dua, Bali, Kamis (12/10).

Baca Juga: Premi dan Klaim Sejumlah Perusahaan Asuransi Umum Catatkan Kenaikan

Budi menjelaskan, pasar insurtech di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan didorong peningkatan kesadaran akan meningkatnya digitalisasi, penawaran harga yang kompetitif dan saluran distribusi yang efisien.

“Sektor ini diproyeksikan mengikuti tren pertumbuhan yang kuat dari tingkat penetrasi yang relatif rendah sekitar 3% dari populasi akibat perubahan demografis di Indonesia,” jelasnya.

Budi mengungkapkan, perusahaan insurtech juga menyediakan solusi yang inovatif bagi konsumen dengan kemudahan akses polis untuk produk asuransi tradisional. Menurutnya, ini juga meningkatkan minat investor dalam sektor asuransi kesehatan digital.

“Selain kesehatan, kategori asuransi mikro dan asuransi perjalanan juga diharapkan akan tumbuh dalam lima tahun mendatang. Munculnya produk asuransi dengan premi kecil dan kemitraan dengan aplikasi super populer memberikan dukungan yang sesuai untuk sektor ini,” ungkapnya.

Budi menuturkan, masyarakat yang menggunakan layanan insurtech disebut-sebut sangat puas dengan kenyamanan yang ditawarkan insurtech dengan kemudahan dalam menyelesaikan pembayaran yang cepat.

Baca Juga: AAUI Nilai Industri Asuransi Umum Masih Perlu Tenaga Pemasar, Ini Penyebabnya

“Selain itu, opsi pembayaran premi yang kompetitif harganya dan proses klaim yang lebih mudah muncul menjadi faktor utama pertumbuhan,” tandasnya.

Sementara itu, salah satu pemain insurtech yang dimiliki perusahaan asuransi PT Asuransi Simas Insurtech bahwa perusahaan memiliki peluang untuk mengembangkan bisnisnya seiring berkembangnya digitalisasi.

Direktur Utama Simas Insurtech, Teguh Aria Djana mengatakan, peluang yang bisa digarap dengan berkembangnya digitalisasi antara lain memperluas akses pasar asuransi, memperluas distribution channel, mempermudah pemasaran dan branding melalu digitalisasi, serta inovasi dalam produk dan layanan.

Meski begitu, ia tak menampik bahwa masih ada tantangan yang perlu dihadapi di era digitalisasi yang berkembang pesat ini, di antaranya terkait keamanan dan privasi data.

“Perusahaan perlu mengadopsi langkah-langkah keamanan yang kuat, seperti enkripsi data, perlindungan jaringan, dan pelatihan keamanan bagi karyawan, guna melindungi data pelanggan dan informasi bisnis yang sensitif,” katanya kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×