Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) ternoda rasio kredit bermasalah. Non Performing Loan (NPL) bank yang berfokus pada properti ini terus meningkat. Pada posisi Juni, NPL BTN menginjak posisi 4,63% dari sebelumnya 3,46%.
"Kita akui bahwa NPL meningkat. Maka pencadangannya kita tambah," ucap Direktur Utama BTN, Maryono, di Menara BTN, Selasa, (23/7).
NPL tersebut diakibatkan oleh 2 hal. Pertama, yaitu kredit komersial yang berasal dari Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kedua, Kredit Perumahan Rakyat (KPR) pun meningkat. Maryono bilang, ini karena KPR bersubsidi yang menggunakan sistem balloon payment. Sehingga, ada pembayaran yang besar di belakang yang membuat nasabah tak sanggup membayar.
Hingga akhir tahun, Maryono menyatakan bahwa pihaknya akan berusaha menurunkan NPL di posisi 3,2%. BTN pun mengharapkan pembayaran dari perusahaan penjaminan seperti Askrindo dan Jamkrindo. "Kami masih menunggu proses penggantian klaim. Nanti NPL akan bisa turun," ujar Maryono.
BTN terbilang ekspansif menyalurkan kredit pada semester pertama ini. Kredit yang digelontorkan yakni Rp 91,4 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 26,78% dibanding Rp 72 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan kredit tersebut masih sejalan dengan kisaran target yang pihaknya buat, yaitu antara 25-28%.
Dari jumlah kredit tersebut, pembiayaan perumahan masih memegang porsi terbesar yaitu 86,12%. Nominal penyaluran kredit perumahan tersebut yaitu Rp 78,72 triliun. Sedangkan, sisanya 13,88% atau senilai Rp 12,68 triliun digelontorkan untuk pembiayaan non perumahan.
Pada semester kedua ini, BTN tetap akan berusaha menggenjot pemberian kreditnya. Bank yang berfokus di properti ini berharap penggelontoran kreditnya dapat mencapai Rp 102,7 triliun. "Kita akan agresif terus. Kalau semester kedua daya serap bagus, kita bisa lebih dari itu," sebut Direktur BTN, Mas Guntur Dwi S.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News