kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rasio kredit macet Astra Sedaya Finance naik tipis


Minggu, 15 Februari 2015 / 19:57 WIB
Rasio kredit macet Astra Sedaya Finance naik tipis
ILUSTRASI. Karyawan melayani nasabah di kantor cabang CIMB Niaga Auto Finance Bintaro, Tangerang Selatan, Senin (28/8/2023). Foto: KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kondisi ekonomi tahun lalu yang kurang baik mengerek rasio kredit macet atau non performing financing (NPF) di atas 90 hari PT Astra Sedaya Finance (ASF) menjadi 0,51%. Angka tersebut naik tipis 0,03% ketimbang rasio NPF tahun 2013 yang berada di kisaran 0,48%.

Memang terhitung pertumbuhan ekonomi tanah air melambat tahun lalu, yakni hanya sekitar 5,02%. Kondisi tersebut pun terlihat pada pertumbuhan outstanding penyaluran kredit industri pembiayaan atawa multifinance yang hanya terkerek 5% tahun lalu.

Meski begitu, Jodjana Jody Direktur Utama ASF menuturkan, besaran NPF Astra Sedaya tersebut masih terkendali.

Dalam kurun empat hingga lima tahun terakhir, menurutnya, Astra Sedaya selalu berusaha menjaga porsi NPF di kisaran 0,4% - 0,5%. "Selalu jaga di level segitu, level yang cukup stabil dari dulu sampai sekarang," ujarnya.

Ada dua strategi utama yang selalu diaplikasikan ASF dalam menjaga besaran NPF. Pertama, mereka selalu berhati-hati dalam menyetujui dan menyalurkan kredit, apalagi di beberapa waktu terakhir.

Alasannya tak lepas dari situasi ekonomi yang memang belum pulih benar. Sehingga, ASF selalu fokus untuk mempertahankan pembiayaan yang berkualitas (quality booking), bukan asal menyalurkan kredit saja. Hal ini terlihat dari ancang-ancang ASF yang enggan menargetkan pertumbuhan pembiayaan di tahun 2015 ini.

"Data sementara pembiayaan tahun lalu Rp 27,5 triliun. Tahun ini saya tidak mau terlalu fokus di growth, kembali lagi lebih ke quality booking," pungkasnya.

Pembiayaan yang berkualitas dapat berusaha dicapai dengan melakukan analisa yang cermat terhadap kemampuan para calon konsumen saat mengajukan permohonan kredit. ASF lebih selektif dalam menjalankan bisnis pembiayaannya.

Selain fokus kepada pembiayaan yang berkualitas, Jodjana mengatakan mereka juga selalu mengelola piutang usaha dengan bijaksana. "Kami perkuat di collection. Account receivable management yang lebih prudent," ujarnya.

Berdasarkan data sementara, pembiayaan ASF tahun lalu tercatat sekitar Rp 27,5 triliun. Berarti pembiayaan perusahaan tumbuh 5,2% ketimbang tahun 2013 yang berada di kisaran Rp 26,14 triliun. Di tahun Kambing Kayu ini, ASF menargetkan jumlah pembiayaan yang serupa dengan
realisasi tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×