Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanda-tanda ekonomi masyarakat kian terhimpit mulai tampak. Hal itu tercermin dari rata-rata simpanan masyarakat di perbankan yang kian menyusut.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan per Oktober 2024, rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) rumah tangga per rekening di perbankan hanya sekitar Rp 6,58 juta. Ini menjadi yang terendah sepanjang 2024.
Adapun, simpanan dalam bentuk tabungan memiliki pola yang sama. Di mana, rata-rata tabungan rumah tangga per rekening senilai Rp 4,19 juta dan merupakan yang terendah sejak awal tahun.
Direktur SME and Retail Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Muhammad Iqbal menyadari tahun 2024 merupakan tahun yang cukup menantang. Oleh karenanya, masyarakat mau tidak mau memakan tabungan mereka.
Baca Juga: Turun 6,3%, Rata-Rata Tabungan Rumah Tangga Senilai Rp 4,28 Juta Per Juli 2024
Kondisi tersebut juga dialami oleh salah satu bank pelat merah ini. Iqbal menyebutkan ada penurunan rata-rata tabungan masyarakat dengan saldo di bawah Rp 100 juta, yang merupakan segmen utama BTN, menjadi Rp 1,8 Juta per Oktober 2024.
“Ini turun dari Rp 3 Juta per rekening pada Januari 2019,” ujar Iqbal.
Menurutnya, ini juga tercermin oleh beberapa indikator. Misalnya, pertumbuhan PDB Nasional yang cenderung melambat hingga kuartal III/2024 dan konsumsi rumah tangga yang stagnan, dan berada di bawah level 5%.
Selanjutnya, daya beli masyarakat juga terlihat melemah yang ditunjukkan dengan tren deflasi selama 5 bulan berturut-turut sejak Mei 2024. Ditambah, aktivitas manufaktur (PMI) pun mengalami kontraksi pada level dibawah 50 sejak Juli 2024.
Meski demikian, Iqbal tetap optimistis kondisi tersebut tak akan bertahan lama. Sebab, ia melihat tahun 2025 akan menjadi tahun yang lebih suportif yang didukung oleh potensi penurunan policy rate sepanjang tahun 2025.
Baca Juga: Turun Lagi, Rata-Rata Tabungan Rumah Tangga Hanya Rp 4,28 Juta Per Juli 2024
Menurutnya, beberapa insentif serta kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis dan Program 3 Juta Rumah akan mendorong peningkatan bagi sektor-sektor prioritas, sehingga PDB diproyeksikan akan mampu meningkat.
Sependapat, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menyadari bahwa ada pertumbuhan tabungan perorangan yang melemah. Ia menilai ini disebabkan masyarakat yang harus memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Meski demikian, Lani menilai ada faktor lain yang menyebabkan tabungan ini juga semakin melemah, terkhusus dari kalangan menengah atas. Ia bilang nasabah jenis ini sekarang memiliki kecenderungan mencari instrumen investasi lain.
Baca Juga: Peralatan Rumah Tangga Ini Tidak Perlu Anda Beli, Kata Desainer Interior
Lani pun memiliki pandangan lain dengan Iqbal terkait kapan kondisi ini berubah. Ia memproyeksikan kondisi ini belum akan berubah dalam jangka waktu pendek. “Paling tidak bertahan sampai separuh pertama tahun depan,” ujarnya.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengingatkan bahwa ada beberapa langkah kebijakan yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah. Sebab, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang stagnan di kisaran 5,1% hingga 5,2% pada 2025, tidak ada indikasi kuat bahwa daya beli akan meningkat secara signifikan.
Misalnya, transformasi struktural, termasuk industrialisasi, peningkatan peran Indonesia dalam rantai pasokan global, dan peningkatan partisipasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam rantai pasokan domestik. Menurutnya, ini perlu dipercepat untuk mengurangi ketergantungan ekonomi Indonesia pada komoditas.
Ia juga menilai perlu ada kebijakan fiskal yang dirancang untuk mendukung kelas menengah, yang mayoritas tinggal di daerah perkotaan, dengan meningkatkan kualitas dan keterjangkauan layanan publik.
Baca Juga: Berikut Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga
Hal ini mencakup, namun tidak terbatas pada, peningkatan layanan transportasi publik, penyediaan air bersih, biaya pendidikan yang terjangkau, dan ketersediaan perumahan dengan harga terjangkau di lokasi-lokasi strategis.
Ditambah, Josua menegaskan bahwa penting untuk memperluas pangsa sektor formal dengan memformalkan sektor informal melalui pemanfaatan ekonomi digital.
“Pendekatan ini dapat meningkatkan rasio pajak dengan memperluas basis pajak, tanpa perlu menaikkan tarif pajak,” tandasnya.
Selanjutnya: Incar Segmen Premium, BRI Finance Dorong Penyaluran Pembiayaan Sepeda Motor
Menarik Dibaca: Yashinoki Yokocho Buka Gerai di Jakarta, JCB Jadi Mitra Utama Promosi Wisata Jepang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News