kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Restrukturisasi melandai, bank syariah siap ekspansi


Selasa, 28 Juli 2020 / 21:36 WIB
Restrukturisasi melandai, bank syariah siap ekspansi
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah di KCP Bintaro BNI Syariah Tangerang Selatan, Senin (13/. Penyaluran pembiayaan PT Bank BNI Syariah masih mencatatkan pertumbuhan, di tengah kinerja BUKU III yang mencatatkan minus 0,57 persen per Mei 2020 secara tahunan. B


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mulai melandainya permintaan restrukturisasi pembiayaan terimbas pandemi pada semester II-2020 bikin sejumlah bank syariah kini kembali menggelar ekspansi kredit.

Direktur Keuangan dan Operasional PT Bank BNI Syariah Wahyu Avianto misalnya mengakui sejak Mei 2020 permintaan restrukturisasi pembiayaan mulai menurun, terlebih pada semester II-2020 ini.

“Masih ada yang mengajukan restrukturisasi, namun jika dibandingkan semester I jumlahnya sudah sangat menurun. Sementara hingga Juni 2020, ada pembiayaan R 6,59 trilun berdampak pandemi yang sudah kami restrukturisasi,” katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (28/7).

Baca Juga: Bos BCA sebut program restrukturisasi kredit harus diperpanjang, ini alasannya

Melandainya permintaan restrukturisasi juga membuat bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3 anyar ini juga kembali menggelar ekspansi pembiayaan. Meskipun sejatinya Wahyu mengaku selama pandemi BNI Syariah tak berhenti melakukan ekspansi.

Namun, memasuki semester II-2020, memang pembiayaan perseroan kembali meningkat. Terutama berasal dari segmen konsumer, menengah, dan mikro.

“Khusus untuk Juni saja, segmen konsumer, menengah dan mikro, dan Hasanah Card kembali tumbuh positif dengan nilai Rp 213 miliar,” sambungnya.

Hal serupa juga akan dilakukan oleh PT Bank Mandiri Syariah, apalagi perseroan juga baru meneken perjanjian kerja sama dengan PT Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah, dan PT Penjaminan Jamkrindo Syariah terkait penjaminan pembiayaan bagi pelaku UMKM terimbas pandemi, Senin (27/7) lalu.

SEVP Bank Mandiri Syariah Wawan Setiawan dalam keterangan resminya, Selasa (28/7) bilang via kerja sama ini. Perseroan juga bakal memberikan pembiayaan modal kerja anyar, maupun tambahan bagi para debitur perseroan.

“Dengan kerja sama ini kami dapat memberitakan pembiayaan baru, maupun tambahan dalam rangka restrukturisasi, serta akan membebaskan nasabah atas kewajiban premi terkait asuransi penjaminan pembiayaan yang akan dibebankan kepada pemerintah,” ujarnya.

Baca Juga: Bank BNI sudah tuntaskan relaksasi kredit ke 203.178 debitur

Mandiri Syariah akan menjaminkan pembiayaan UMKM dengan maksimum plafon Rp 10 miliar per nasabah. Adapun hingga akhir Juni 2020, entitas anak PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ini tercatat telah merestrukturisasi pembiayaan senilai Rp 4,7 triliun dari 28.000 nasabah lebih. Dari kalkulasi perseroan jumlah restrukturisasi tersebut setara 94% permohanan yang masuk.

Strategi serupa juga bakal dipasang oleh PT Bank BCA Syariah, meskipun Direktur Utama John Kosasih bilang ekspansi akan tetap dilakukan secara selektif.

Hingga akhir Juni 2020, dari total restrukturisasi senilai Rp 856,5 miliar yang dilakukan perseroan, 80% atau setara Rp 688,0 miliar berasal dari nasabah terimbas pandemi.

“Segmen utama yang paling banyak direstrukturisasi berasal dari komersial, karena memang mendominasi portofolio kami, 76,4% portofolio kami atau setara Rp 4,36 triliun berasal dari segmen komersial,” kata John dalam jumpa pers virtual, Senin (27/7).

Meski demikian, John mengaku untuk sisa 2020, segmen komersial sejatinya bakal tetap jadi fokus ekspansi perseroan. Sebab ia menilai, dua segmen pembiayaan lainnya dari perseroan yaitu konsumer, dan UMKM lebih butuh waktu untuk pulih selama pandemi.

Baca Juga: Indikator Kesehatan Bank Saat Pandemi

“UMKM, dan konsumer menurut saya jadi sektor yang paling berdampak. Sehingga segmen komersial menjadi salah satu segmen yang masih memiliki peluang. Kami pun akan tetap ekspansi di segmen komersial, di sektor infrastruktur, kelistrikan, jalan,” sambung John.

Yang menarik, John bilang sumber ekspansi tidak akan berasal dari dana pihak ketiga (DPK) perseroan, sebab terjadi sedikit penurunan DPK selama 2020. Meskipun secara tahunan masih tercatat pertumbuhan 7,46% (yoy) menjadi Rp 6,05 triliun.

John bilang sumber dana buat ekspansi akan berasal dari setoran modal induk perseroan yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 1 triliun tahun lalu. Suntikan modal BCA ini pula yang bikin capital adequacy ratio (CAR) perseroan sangat tebal sebesar 38,45% per Juni 2020.

“Kami tidak akan terlalu mengandalkan DPK untuk ekspansi, karena masih ada modal dari induk tahun lalu. Di sisi lain, kami juga ingin menekan komposisi deposito, karena rasio CASA kami cukup kecil sebesar 25%,” sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×