kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Return menarik, lender asing gencar salurkan pinjaman ke P2P lending Indonesia


Selasa, 23 Maret 2021 / 17:25 WIB
Return menarik, lender asing gencar salurkan pinjaman ke P2P lending Indonesia
ILUSTRASI. Lender asing gencar salurkan pinjaman ke P2P lending Indonesia karena return yang menarik.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemberi pinjaman (lender) asing semakin gemar menyalurkan pinjaman melalui fintech peer to peer (P2P) lending Indonesia.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mencatat, lender asing terus tumbuh apalagi sepanjang masa pandemi. Bahkan di masa pandemi sepanjang tahun 2020, pinjaman dari lender asing bertumbuh. Akumulasi rekening lender luar negeri mencapai 3.930 entitas atau naik 4,63% (yoy).

"Tentunya ini memberikan preseden positif bagi industri fintech pendanaan di Indonesia. Artinya, industri ini potensial dinilai para investor meski ditengah pandemi Covid-19, karena untuk sektor-sektor tertentu, permintaan pendanaan malah meningkat misalnya untuk UMKM farmasi, kesehatan dan ekosistem telekomunikasi. Apalagi saat ini fintech pendanaan terus didukung keterlibatan penuhnya dalam mempercepat program pemulihan ekonomi nasional melalui UMKM," jelas Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi kepada kontan.co.id, Selasa (23/3).

Baca Juga: OJK minta fintech tingkatkan kualitas pendanaan

Adrian menyampaikan, terdapat beberapa alasan lender asing melirik pasar P2P lending Indonesia. AFPI melihat investor termasuk lender asing telah menilai potensi fintech pendanaan sebagai pilihan akses keuangan masyarakat Indonesia di tengah percepatan digitalisasi terlebih di saat pandemi yang menuntun perilaku masyarakat untuk contactless.

"Kami melihat bahwa industri fintech pendanaan merupakan industri yang adaptif karena sebagai pelaku ekonomi digital, kami memiliki keunggulan dalam layanan yang berbasis teknologi yang pastinya mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pembiayaan dan tentunya menjadi bagian penting dalam peningkatan literasi dan inklusi keuangan," kata Adrian.

Ia menyebut, dalam tiga tahun terakhir ini, partisipasi lender asing di fintech pendanaan terus meningkat. Peningkatan juga terjadi semasa pandemi yang mencapai 3.930 entitas atau naik 4,63% (yoy).

Adrian menuturkan, dari 3.930 entitas rekening lender hingga 2020, nilai akumulasi transaksi lender luar negeri mencapai 40.843.117 rekening. Ia yakin, ke depannya fintech pendanaan terus akan menjadi pilihan bagi masyarakat yang membutuhkan akses keuangan lain.

Menurutnya, pertumbuhan penyaluran kredit yang dicapai oleh industri fintech pendanaan menunjukkan bahwa ekosistem fintech pendanaan sudah semakin kuat. Terbukti industri yang terus mencatatkan penyaluran pinjamannya, artinya adanya kepercayaan para lender terhadap platform penyelenggara dan terhadap profil peminjamnya.

"Kami melihat hal ini menunjukkan lender asing telah merasakan kemudahan berinvestasi dan dengan potensi pasar yang masih besar khususnya segmen masyarakat yang berkategori unbankable and underserved," kata Adrian.

Menurut Adrian, tenor pinjaman yang pendek (turnover tinggi), tingkat bunga pinjaman yang menarik, tingkat NPL yang terus dijaga sesuai dengan tingkat bunga pinjaman dan tingkat risiko pinjaman, telah menjadi daya tarik penting bagi mereka untuk berinvestasi di fintech pendanaan.

"Kami mengimbau fintech pendanaan untuk tetap mengoptimalkan layanan keuangan digital yang kami miliki sehingga tetap memiliki performa yang baik hingga akhir tahun. Seperti halnya dalam penyaluran kredit yang dilakukan harus tetap diproses melalui tahapan yang sangat ketat," tekan Adrian.

Ia menyampaikan, pada hakekatnya di industri keuangan khususnya industri P2P lending sudah pasti tidak akan pernah kekurangan atau kehilangan “borrower” karena pasar unbanked dan underserved yang digarap fintech P2P lending masih sangat besar. Hal ini tentunya akan menjadi penilaian dari para lender luar negeri untuk ambil bagian sebagai pihak yang memberikan pendanaan.

Baca Juga: Tak mau kalah, fintech lending siapkan super financial app bagi para pengguna

Adrian mengatakan, AFPI terus mendorong seluruh anggota penyelenggara telah memberikan pendanaan yang dilakukan secara prudent dan detail sesuai dengan ketentuan. Selain itu penguatan industri fintech pendanaan kedepannya dapat dilakukan dengan dukungan kehadiran payung hukum setara undang-undang terutama dalam menghentikan beroperasinya fintech ilegal, pengembangan teknologi dan credit scoring.

Serta melakukan sosialisasi yang masif kepada masyarakat akan manfaat dan pentingnya memilih layanan fintech pendanaan yang legal. Hal tersebut akan memperkuat ekosistem dan tentunya menjadi daya tarik bagi para lender luar negeri.

"Fintech juga terus berkomunikasi dengan para investor masing-masing untuk tetap mendapatkan kepercayaan dari mereka dalam menghadapi periode seperti sekarang ini," imbuh Adrian.

CEO & Co Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menambahkan, lender asing banyak memberikan likuiditas melalui P2P lending platform di Indonesia, khususnya untuk produk-produk yang secara risiko belum biasa bagi lender institusi lokal.

"Beberapa alasan lender asing melirik pasar P2P lending Indonesia karena return menarik baik untuk pinjaman produktif maupun konsumtif (contoh di jepang rate sangat kecil) dan semakin terlihat track record yang dibangun beberapa tahun terakhir oleh fintech," kata Ivan.

Ia menjelaskan, Akseleran bekerjasama dengan lender asing, kebanyakan melalui kantor cabang di Indonesia. Contohnya dengan J-Trust Group dari Jepang, pihaknya kerjasama melalui Bank J-Trust, lalu dengan Credit Saison dari Jepang, pihaknya kerjasama melalui Saison Modern Finance.

"Ke depannya kami berharap bisa terus bekerjasama dan menciptakan sinergi dengan lender asing yang bisa memberikan dana dengan cost of fund yang rendah. Tentu ini juga akan membantu UMKM Indonesia untuk bisa memdapatkan pinjaman yg lebih murah," ujar Ivan.

CEO Alami, Dima Djani juga mengungkapkan alasan lender asing melirik pasar P2P lending Indonesia karena perannya sangat penting terutama dari sisi lender institusi.

"Selain itu karena return yang menarik dan juga kepercayaan akan regulasi serta performa beberapa P2P lending. Alami banyak menyasar sektor impact, yang mana ini menarik bagi banyak pihak asing," ungkap Dima.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan jumlah lender domestik mencapai 716.963 rekening per 31 Desember 2020 lalu atau naik 18,32% secara tahunan (yoy). Dari jumlah tersebut, mayoritas atau 581.455 rekening berasal dari Pulau Jawa. Sedangkan, sisanya 131.578 rekening berada di luar Jawa dan 3.930 rekening di luar negeri.

Dari sisi demografis, mayoritas lender sebanyak 62,60% dari total lender adalah laki-laki. Sedangkan, sisanya 36,53% yakni perempuan.

OJK mencatat, penyaluran dana pinjaman online mencapai Rp155,9 triliun hingga 31 Desember 2020, naik pesat 91,30% (yoy). Total pinjaman itu mengalir kepada 43,56 juta rekening peminjam (borrower), yang melesat 134,59% yoy.

Sementara itu, khusus periode Desember 2020, total penyaluran pinjaman mencapai Rp74,41 triliun atau naik 26,47% (yoy). Sedangkan, outstanding pinjaman pada Desember 2020 senilai Rp15,32 triliun, naik 16,43% (yoy). Sayangnya, tingkat keberhasilan bayar (TKB) 90 hari pinjol turun 1,17% dari 96,35% pada Desember 2019 menjadi 95,22% pada Desember 2020.

Selanjutnya: Begini upaya AFPI mendorong fintech jadi solusi keuangan di sektor produktif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×