kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Risiko kredit meningkat, bank akan lebih selektif salurkan kredit tahun depan


Senin, 23 Desember 2019 / 20:58 WIB
Risiko kredit meningkat, bank akan lebih selektif salurkan kredit tahun depan
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) mencatat rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perbankan mengalami peningkatan


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perbankan mengalami peningkatan.

Tercatat per Oktober 2019 posisi NPL sudah menembus 2,73% secara gross. Pun, secara net NPL Tanah Air juga naik ke level 1,25%. Posisi ini praktis meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,66% gross dan 1,18% net.

Baca Juga: NPL Indonesia salah satu tertinggi di Asean, begini kata pengamat

Posisi NPL perbankan di bulan Oktober 2019 menjadi level paling tinggi sepanjang tahun ini. Meski begitu, sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id, Senin (23/12) meramal kredit bermasalah bakalan melandai di tahun depan. Sebab, dengan adanya peraturan PSAK 71 yang diterapkan tahun depan tentunya mitigasi risiko menjadi lebih terkendali.

Ambil contoh, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang memprediksi di akhir tahun ini hingga tahun 2020 mendatang NPL perseroan bakal terjaga di level 1,8%-2%. Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta pun mengungkap beberapa hal yang menjadi penyebab meningkatnya risiko kredit di tahun ini.

Menurut kacamatanya, faktor eksternal seperti perang dagang serta fluktuasi nilai tukar rupiah dan harga komoditas telah mempengaruhi kondisi keuangan debitur. Praktis saja, hal ini membuat kemampuan membayar debitur menjadi goyah.

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri optimistis ekonomi Indonesia tahun 2020 lebih positif

Namun, bank berlogo 46 ini sudah punya sederet amunisi untuk menekan risiko kredit. Antara lain dengan menerapkan early warning system untuk debitur yang diperkirakan bakal mengalami penurunan kualitas. "Kami juga lakukan restrukturisasi untuk debitur yang masih punya potensi perbaikan dan prospek usaha yang baik," ujar Herry.

Pun, untuk debitur yang sudah bermasalah, bank bersandi bursa BBNI ini akan melakukan upaya recovery berupa penjualan aset debitur bahkan mengambil langkah hukum seperti pailit atau PKPU.

Di samping itu, pihaknya juga memilih untuk fokus menyalurkan kredit ke sektor rendah risiko di tahun depan. Terutama debitur yang memiliki pengalaman atau pemain besar di masing-masing sektor industrinya. Catatan saja, per kuartal III-2019 lalu BNI mencatat NPL 1,8% secara gross, turun 20 basis poin dari periode sama tahun lalu.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) telah mencapai Rp 127,3 triliun tahun 2019 ini



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×