Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Beberapa bankir menyebut dengan proyeksi inflasi pada tahun 2017 yang relatif rendah yaitu 4% sampai 5% tidak serta merta menjamin suku bunga kredit turun. Hal ini karena masih adanya risiko likuiditas pada tahun 2017.
Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA mengatakan, pada tahun ini risiko likuiditas harus menjadi perhatian, terutama untuk bank yang gencar menyalurkan kredit infrastruktur.
“Proyek infrastruktur membutuhkan dana yang cukup besar dalam beberapa tahun mendatang, kalau terlalu didorong, likuiditas bisa terancam,” ujar Jahja, Selasa (7/2).
Sebagai gambaran, pada akhir 2016 lalu posisi loan to deposit ratio (LDR) perbankan mencapai 93%. Jahja mengatakan risiko likuiditas pada tahun ini bisa dikendalikan jika penggunaan dana untuk infrastruktur bisa dijaga dengan baik.
Jika risiko likuiditas pada 2017 ini tidak dikelola dengan baik, walaupun inflasi di bawah 5%, bank akan memburu likuiditas dengan menaikkan suku bunga deposito.
Apalagi menurut Jahja, pada tahun ini suku bunga The Fed diperkirakan akan mengalami kenaikan antara 50bps sampai 75bps. Dengan adanya faktor eksternal ini, suku bunga kredit diperkirakan akan susah untuk banyak mengalami penurunan.
Jahja memproyeksi pada semester-I 2017, suku bunga dana perbankan akan relatif tidak banyak berubah. Namun Jahja mengatakan tidak menutup kemungkinan ada satu dua bank yang kekurangan likuiditas yang akan menaikkan suku bunga deposito. Namun kenaikan ini diproyeksi hanya bersifat temporer untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.
John Simon, Direktur Treasury & Capital Market CIMB Niaga menekankan pada tahun ini kondisi likuiditas akan banyak terserap oleh kebutuhan kredit infrastruktur oleh bank pemerintah.
“Secara umum kondisi likuiditas bank swasta masih cukup bagus, bahkan beberapa di antaranya mengalami kelebihan likuiditas,” ujar John kepada KONTAN, Selasa (7/2).
Selain faktor eksternal, yang harus diwaspadai pada tahun ini adalah terkait dengan rencana pemerintah yang akan menerbitkan surat utang di luar global bond dengan total Rp 400 triliun atau relatif sama dengan tahun lalu. Hal ini bisa menarik likuiditas yang ada di bank.
Namun secara umum pada tahun ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun lalu, walaupun memang pertumbuhannya relatif rendah dibandingkan pertumbuhan kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News