Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati harga sejumlah komoditas berangsur naik, kucuran kredit perbankan ke sektor ini belum menguat. Malah, pertumbuhan kredit pertambangan dan penggalian per Januari 2018 turun hingga 21,84% secara tahunan.
Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menuturkan, pertumbuhan kredit sektor pertambangan anjlok ini, salah satunya karena risiko kredit ini yang masih tinggi. Ini tercermin dari rasio non-performing loan (NPL) kredit pertambangan yang masih tinggi.
Dus, bank sementara ini memang menghindari dulu pembiayaan ke sektor ini. "Ke depan tergantung dari kenaikan harga tambang tersebut terutama batubara dan minyak, kata Boedi kepada Kontan.co.id, Jumat (2/3).
Menurut Boedi, apabila harga komoditas pertambangan turun maka pendapatan perusahaan tambang akan turun sehingga profit bisa anjlok atau bahkan mungkin merugi. Efek lainnya kredit menjadi tidak bisa dibayar.
Menurut Boedi, harga tambang tergantung suplai dan permintaan. "Pembeli terbesar ada di China. Bila ekonomi China menurun maka demand pertambangan juga turun sehingga harga jatuh," ujarnya.
PT Bank CIMB Niaga Tbk termasuk bank yang berhati-hati dalam menyalurkan kredit pertambangan di tahun ini. Frans Alimhamzah, Direktur Bisnis Banking CIMB Niaga menjelaskan, pihaknya akan sangat selektif dalam menyalurkan kredit ke sektor tambang.
Menurutnya, eksposur kredit CIMB Niaga di sektor ini sangat kecil. Itu dikarenakan pihaknya berhati-hati lantaran banyak bank yang mempunyai kredit macet di sektor ini. Yang jelas, penyaluran kredit ke sektor pertambangan tidak akan seagresif dulu, imbuh Frans.
Sekadar informasi, berdasarkan laporan keuangan bank hingga Desember 2017, penyaluran kredit komersial Bank CIMB Niaga tercatat sebanyak Rp 31,91 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 6,9% secara tahunan dari tahun sebelumnya sebesar Rp 29,85 triliun.
Dari sisi kredit korporasi pun, Bank CIMB Niaga telah menyalurkan kredit hingga Rp 69,60 triliun, tumbuh 7,7% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 64,62 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News