Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan bunga kredit nampaknya belum akan kencang di awal tahun 2020 ini. Sebab, menurut Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede saat ini transmisi kebijakan moneter masih terbatas.
Namun, bukan berarti ruang penurunan bunga kredit sudah tertutup. Pasalnya, transmisi suku bunga di pasar uang masih berjalan baik. Tercermin pada penurunan suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) tenor 1 minggu sebesar 111 bps menjadi 5,06% dan suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) tenor 1 minggu turun sebesar 117 bps menjadi 5,07% sejak akhir Juni 2019.
Baca Juga: Catat, BCA tawarkan bunga KPR 4,63% di ajang BCA Expoversary 2020
Walhasil, Josua memandang transmisi ke suku bunga perbankan masih akan berlanjut, meskipun belum optimal. Hal ini bisa terlihat dari rerata tertimbang suku bunga deposito pada Desember 2019 yang sebesar 6,31% turun 52 bps sejak akhir Juni 2019. Artinya, penurunan bunga deposito sebenarnya sudah terjadi bahkan sebelum Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan pada bulan Juli 2019 lalu.
Namun, penurunan bunga kredit masih terpantau pelan. Misalnya saja, suku bunga kredit modal kerja (KMK) baru turun 33 basis poin (bps) sejak akhir Juni 2019 atau 47 bps sejak Januari 2019 menjadi 10,09% pada Desember 2019. Nah, bila dibandingkan dengan periode penurunan suku bunga Bank Indonesia pada tahun 2016 silam, transmisi penurunan suku bunga tahun 2019 masih lebih terbatas.
Menurut kacamata Josua, secara umum hal ini disebabkan rendahnya spread suku bunga relatif terhadap historical yang menghambat penurunan lebih lanjut dari suku bunga kredit. "Bank cenderung mempertahankan suku bunga untuk menjaga profitabilitas," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (13/2).
Lebih lanjut, Ia menilai suku bunga dana masih relatif tinggi tercermin dengan masih tingginya tingkat loan to deposit ratio (LDR) bank dan struktur pendanaan lainnya.
Baca Juga: Rekening efek diblokir karena kasus Jiwasraya, WanaArtha Life kesulitan bayar klaim
Kabar baiknya, penurunan suku bunga di awal 2020 ini dipastikan masih bakal terjadi. Lantaran penyesuaian dari kebijakan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) masih terjadi. Sebagai pengingat saja, sepanjang tahun 2019 lalu BI sudah menurunkan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRRR) sebanyak 100 bps. Hingga kini, bank sentral melalui kebijakannya belum kembali menurunkan bunga acuan.
Di luar itu, alasan lain perbankan masih setengah hati menurunkan bunga kredit yakni disebabkan oleh permintaan kredit yang masih cenderung pelan. Khususnya dari sebagian sektor ekonomi yang kembali dipengaruhi oleh faktor global seperti isu virus corona. Praktis, hal ini pun mempengaruhi perekonomian Tiongkok dan global dan sangat berpotensi berdampak pada beberapa sektor ekonomi Indonesia yang bergantung pada ekspor dan impor.
Beberapa sektor tersebut antara lain manufaktur, perdagangan dan pariwisata serta sektor turunannya. Sementara dari sisi sektoral, sektor dengan profitabilitas penurunan yang paling signifikan ke depannya adalah transportasi, penyimpanan dan komunikasi. "Hal ini didorong pertumbuhan kredit yang relatif tinggi dibanding sektor lainnya," lanjut Josua.
Baca Juga: Allianz Life gandeng Maybank berikan perlindungan asuransi jiwa berjangka menurun
Namun, kemampuan bank untuk menjaga kualitas aset masih sangat kuat. Terbukti dari tingkat non performing loan (NPL) yang relatif rendah sebesar 2,09%. Mengecilnya tingkat risiko kredit ini bisa menjadi kesempatan bank untuk kembali menurunkan suku bunga di beberapa sektor.
Tidak berhenti sampai di situ, ekonomi rill Indonesia pada 2019 masih positif. Seperti sektor transportasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar 9,3% jauh melebihi pertumbuhan ekonomi secara umum. Sektor ini juga berandil pada 0,49 poin dari pertumbuhan ekonomi tahun 2019 lalu.
Josua memandang tetap optimis suku bunga kredit bakal layu. Khususnya di sektor transportasi dan ekonomi. Pada sektor ini rata-rata suku bunga sudah turun 46 bps, salah satu penurunan yang tertinggi. "Penurunan suku bunga pada sektor ini akan menjadi salah satu yang signifikan di kuartal I ini seiring dengan pertumbuhan risiko yang semakin rendah di sektor ini," tegasnya.
Baca Juga: Paling tinggi cuma 6,5%, tengok penawaran bunga deposito terbaru bank-bank ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News