Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tantangan Bank Mutiara ke depan masih berat. Meski mendapatkan suntikan modal kedua dari, Lembaga Penjamin Simpanan sekitar
Rp 1,25 triliun, Bank Mutiara masih perlu kerja keras memperbaiki kinerjanya.
Per kuartal III tahun 2013, beban Bank Mutiara paling besar berasal dari kenaikan penyisihan cadangan kerugian hingga sebesar Rp 628,19 miliar. Beban kian berat lantaran biaya gaji dan tunjangan karyawan mencapai Rp 158,06 miliar atau lebih dari 50% dari total beban operasional.
Namun, hal ini bukan monopoli Bank Mutiara. Di Bank Mandiri, pada kuartal III lalu beban gaji dan tunjangan mencapai Rp 6,95 triliun atau 50% dari total beban operasional yang mencapai Rp 15 triliun. Jika dibandingkan bank lain, pemasukan kotor direksi dan komisaris Bank Mutiara terbilang minim.
Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mutiara, menyatakan usulan besaran gaji dan tunjangan direksi dan komisaris muncul dari komite sumber daya manusia (SDM). Usulan ini kemudian dibawa ke meja Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank Mutiara.
Itu artinya, besaran gaji pengelola Bank Mutiara mendapat persetujuan LPS sebagai pemegang saham. Rohan menegaskan, penyebab utama kerugian Bank Mutiara adalah macetnya pembayaran angsuran kredit.
"Kerugian juga disebabkan Robert Tantular yang menggelapkan pajak sekitar Rp 110 miliar," ujar Rohan kepada KONTAN, Rabu (1/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News