Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali pekan ini, saham bank-bank berkapitalisasi besar atau kerap dikenal big banks kembali loyo. Bahkan, ada bank yang melanjutkan tren koreksi di pekan lalu.
Hingga perdagangan sesi pertama Senin (3/2), saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terpantau mencatat koreksi paling dalam. BMRI turun 4,98% dari harga akhir pekan lalu menjadi Rp 5.725 per saham.
Pada pekan lalu, BMRI juga tercatat mengalami koreksi selama sepekan. Di mana, penurunan harga BMRI pada pekan lalu tercatat mencapai 2,82%.
Selanjutnya, ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mengalami koreksi terbesar setelah BMRI. Saham bank berlogo 46 ini turun 2,73% dari harga pekan lalu menjadi Rp 4.640 per saham.
Baca Juga: Saham Bank Mandiri (BMRI) Terpantau Melemah Di Perdagangan Sesi Pertama Senin (3/2)
Berbeda dengan BMRI, BBNI justru memiliki tren positif di pekan lalu. Selama sepekan kemarin, BBNI mengalami penguatan sekitar 2,58%.
Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga kompak ikut mengalami penurunan. Di perdagangan sesi pertama hari ini, BBCA terkoreksi 2,38% menjadi Rp 9.225 per saham.
Terakhir, ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang koreksinya tak terlalu dalam seperti big banks lainnya. Bank yang dekat dengan wong cilik ini hanya turun 1,18% menjadi Rp 4.170 per saham.
Analis sekaligus CEO Edvisor Praska Putrantyo mengungkapkan penurunan harga saham big banks hari ini lebih dikarenakan faktor global. Salah satunya dampak kebijakan perang dagang yang dilakukan Presiden AS Donald Trump.
Seperti diketahui, pada akhir pekan kemarin, pemerintahan Trump telah efektif menerapkan tarif pajak 25% untuk Meksiko dan Kanada, serta 10% untuk China.
Baca Juga: IHSG Ambruk 2,27%, Ditekan Sentimen Eskalasi Perang Dagang AS
Menurut Praska, kebijakan ini memberikan dampak berupa kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi akibat tingginya biaya impor, serta potensi lonjakan inflasi.
“Sehingga peluang penurunan bunga lebih lanjut bisa tertahan,” ujar Praska, Senin (3/2).
Tak hanya itu, Praska pun menyoroti pula ada dampak dari mata uang dollar AS yang juga menguat terhadap mata uang dunia. Ini terefleksi pada dolar indeks yang naik ke level 109.
Oleh karena itu, ia menilai saham-saham big banks ini masih dalam kategori murah. Sehingga ia menilai investor bisa memanfaatkan koreksi yang terjadi.
“Jadi bisa dapat harga lebih murah,” ujarnya.
Selanjutnya: Saham Disuspensi Bursa, Solusi Bangun (SMCB) Sebut Belum Berdampak ke Kinerja
Menarik Dibaca: Bunga Deposito Maybank di Februari 2025, Tertinggi 5,00%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News