kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SBR dan Fintech turut menekan dana murah perbankan


Kamis, 10 Oktober 2019 / 06:56 WIB
SBR dan Fintech turut menekan dana murah perbankan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi ritel pemerintah yang masih terus berlanjut dan semakin berkembangnya perusahaan fintech turun menekan bank dalam menggali dana dari masyarakat, termasuk dana murah (current account savings account/CASA).

Masyarakat yang selama ini banyak mendiamkan dana di tabungan mulai tergiur dengan cuan dengan berinvestasi kecil-kecilan baik lewat surat utang ritel pemerintah dan juga fintech.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total pinjaman yang disalurkan fintech per Juli 2019 telah mencapai Rp 49 triliun.

Baca Juga: Tren kupon menurun, target hasil penerbitan SBN ritel di batas bawah

Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Negara Indonesia (BNI) Anggoro Eko Cahyo menengarai, Surat Berharga Negara (SBN) ritel turut memberikan tekanan bagi bank dalam menghimpun dana dari masyarakat.

Sedangkan kehadiran fintech menurutnya justru bisa memberikan dampak positif terhadap DPK bank jika keduanya melakukan kolaborasi.

"Kepemilikan dana oleh fintech dari mana pun sumbernya bisa ditempatkan di bank sehingga malah membantu penguatan likuiditas bank," jelas Anggoro pada Kontan.co.id, Selasa (8/10).

Sementara Direktur Kepatuhan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Mahelan Prabantarikso justru melihat adanya shifting atau perseran dana masyarakat di tabungan ke fintech pembayaran.

Baca Juga: Investor Asing Masih Wait and See di Pasar Surat Berharga Negara

Menurutnya, shifting itu didominasi oleh kalangan millenial yang pada umumnya memiliki gaya hidup yang lebih konsumtif. "Sangat mungkin adanya shifting, namun mungkin sharenya masih belum terlalu besar," katanya.

Dengan adanya tantangan itu, BTN akan terus mencari strategi untuk mendorong CASA yang akan menjadi andalan perusahaan dalam menjaga likuiditas.

Per Agustus, posisi rasio CASA BTN ada di level 40%.Itu menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang ada di level 45,21% dan juga dari akhir tahun 2018 yang masih di kisaran 43,4%.

Hingga akhir tahun, BTN memperkirakan rasio CASA akan menuju level 43%. Dalam rangka mencapai target, Mahelan bilang, BTN akan fokus pada upaya akuisisi tabungan debitur KPR yang belum memiliki atau memanfaatkan tabungan, akuisisi tabungan yang berasal dari kerja sama aliansi, seperti pensiunan dan payroll, percepatan akuisisi merchant LinkAja, dan pemenuhan SDM di kantor cabang pareto di Jabodetabek.

Baca Juga: Jumlah investor SBR008 meningkat di tengah penurunan hasil penjualan

BTN akan fokus membidik debitur KPR yang merupakan captive market yang selama ini belum optimal dalam penggarapannya dengan fitur-fitur internet/mobile banking yang lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan maupun keperluan rumah tangga.

"Untuk meningkatkan daya saing BTN dibandingkan dengan kompetitor, BTN akan fokus dalam pengembangan fitur e-channel untuk meningkatkan layanan kepada nasabah melalui mobile banking, internet banking, cash management system, virtual account, dan e-form," katanya.

Sementara BNI masih bisa mencatatkan pertumbuhan CASA di mana per Juni ada di level 64,6%. Anggoro bilang, sampai akhir tahun, perseroan akan menjaga rasio CAS sekitar 65% supaya margin bunga bersih (NIM) membaik ke kisaran 5%.

"Sejalan dengan itu, kami upayakan DPK bisa tumbuh 6%-7% dengan pertumbuhan kredit berkisar 13%-15% sehingga LDR terjaga di kisaran 95%," tambah Anggoro.

Baca Juga: Kupon Menciut, Peminat Investor pada SBR-008 Turun

Guna menjaga CASA sehingga pada akhirnya menjaga likuiditas, BNI akan melakukan program retensi untuk nasabah lama dan program akuisisi untuk nasabah baru. Perseroan akan menggalakkan transaksi perbankan dengan pemanfaatan digital banking lewat perangkat smartphone agar menjaga loyalitas nasabah.

PT Bank OCBC Nisp Tbk juga terus berupaya mendorong CASA sebagai strategi menjaga likuiditas di tengah tren penurunan suku bunga. Parwati Surjaudaya, Presiden Direktur perseroan bilang, rasio dana murah OCBC saat ini masih di bawah 40%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×