kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.886   62,00   0,39%
  • IDX 7.135   -26,45   -0,37%
  • KOMPAS100 1.093   -0,95   -0,09%
  • LQ45 868   -3,64   -0,42%
  • ISSI 216   0,04   0,02%
  • IDX30 444   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 536   -3,84   -0,71%
  • IDX80 125   -0,10   -0,08%
  • IDXV30 133   -2,20   -1,62%
  • IDXQ30 148   -1,08   -0,73%

Sejumlah bank catatkan kenaikan margin bunga bersih semester I, ini sebabnya


Minggu, 08 Agustus 2021 / 18:20 WIB
Sejumlah bank catatkan kenaikan margin bunga bersih semester I, ini sebabnya
ILUSTRASI. Penyaluran kredit perbankan masih belum bergerak banyak.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan yang dihadapi perbankan masih berat di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir. Penyaluran kredit masih belum bergerak banyak, sementara kenaikan rasio kredit bermasalah masih terus menghantui bank-bank di Tanah Air.

Tren bunga kredit juga terus menurun seiring dengan upaya Bank Indonesia (BI) menurunkan bunga acuan guna mendorong pemulihan ekonomi. Kendati demikian, sejumlah bank masih mampu mencatatkan peningkatan margin bunga bersih atawa net interest margin (NIM) pada paruh pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun 2020. 

Kenaikan NIM ini pula salah satu faktor yang mendongkrak peningkatan laba bank. Peningkatan margin bunga bersih ini sejalan dengan penurunan biaya dana (cost of fund) yang ditanggung perbankan karena likuiditas masih sangat longgar dan ditambah dengan kredit yang sudah bergerak positif. 

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya mencatatkan kenaikan NIM dari 3,16% pada Juni 2020 menjadi 3,41% per Juni 2021. Haru Koesmahargyo Direktur Utama BTN mengatakan, kenaikan tersebut ditopang penurunan biaya dana ke level 3,45% per Juni 2021. 

Baca Juga: BOPO multifinance susut

NIM BBTN diperkirakan akan terus naik hingga ke kisaran 3,5% sampai akhir tahun. "Ini akan didorong biaya dana yang akan terus menurun dan stabilnya pendapatan bunga kredit  yg diperoleh dari peningkatan ekspansi kredit sepanjang 2021," kata Haru kepada Kontan.co.id, Jumat (6/8).

Dengan memperhatikan kondisi ekonomi yang masih terpengaruh pandemi, Haru memandang likuiditas perbankan masih akan terus tinggi sampai dengan akhir tahun. Dengan begitu biaya dana diprediksi akan turun ke level sekitar 3,3% akhir tahun ini.

Untuk memastikan perbaikan biaya dana, BTN akan melakukan transformasi bisnis kantor cabang yang lebih sales oriented, perbaikan digital channel, dan features, serta terus menurunkan biaya dana wholesale funding seperti pinjaman bilateral dan obligasi.

Baca Juga: Meski ada PPKM, NPL fintech lending masih terjaga

PT Bank Mandiri Tbk juga mencatat kenaikan NIM  dari 4,93% pada Juni 2020 menjadi 5,0% per Juni 2021 sejalan dengan penurunan biaya dana sebesar 108 basis poin (bps) ke level 1,71%

Sigit Prastowo Direktur Keuangan Bank Mandiri memperkirakan NIM sampai akhir tahun akan dijaga sekitar level yang sama pada periode Juni 2021. Untuk menjaga NIM tersebut, BMRI akan mengupayakan penurunan biaya dana dan mendorong pertumbuhan kredit di segmen retail yang memberikan yield yang lebih optimal dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Guna melanjutkan penurunan biaya dana sampai pengujung tahun, Bank Mandiri akan menjaga rasio dana murah (CASA) di atas 70% serta mengurangi  porsi deposito special rate

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga mencatatkan kenaikan NIM dari  5,63% menjadi 6,75% per Juni 2021. Ini sejalan dengan penurunan biaya dana dari 3,54% menjadi 2,18%. Sementara kredit BBRI tercatat tumbuh 0,7% yoy menjadi Rp 929,4 triliun. Begitu pula dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), berhasil meningkatkan NIM dari 5,05% menjadi 5,08% dengan penurunan biaya dana dari 3,3% ke 2,1%.

Baca Juga: Bank pelat merah siap jadi penyalur bantuan subsidi upah

Sementara PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatatkan penurunan NIM dari 6% ke 5,3% per Juni 2021, Bank Danamon turun dari 7,7% menjadi 7,5%, dan  Bank OCBC NISP tercatat melorot dari 4% menjadi 3,9%. 

Vera Eve Lim Direktur Keuangan BCA mengatakan, penurunan NIM tersebut karena permintaan kredit di sektor perbankan masih dalam proses pemulihan, sejalan dengan berlanjutnya pandemi yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis. 

"Hingga saat ini, kami masih melakukan monitoring secara intens terkait kondisi saat ini, khususnya di tengah situasi PPKM dalam rangka menekan laju penularan pandemi Covid-19 menuju pemulihan ekonomi nasional," kata Vera.

Di sisi lain, BCA berharap pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai sekitar 4%-6%. Target itu ditopang oleh likuiditas yang masih memadai dan harapan akan pemulihan ekonomi sehingga dapat mendorong permintaan kredit. 

Selanjutnya: Meski asetnya bukan yang terbesar, BCA raih laba bersih terbesar per Juni 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×