Reporter: Aldehead Marinda | Editor: Noverius Laoli
Seluruh segmen pinjaman BRI tercatat tumbuh positif, segmen mikro tercatat tumbuh 10,51% yoy menjadi Rp 622,61 triliun, segmen konsumer tumbuh 11,62% yoy menjadi Rp 193,96 triliun, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,06% yoy menjadi Rp272,85 triliun dan segmen korporasi tumbuh 15,10% yoy menjadi Rp219,24 triliun.
Kenaikan nilai pembiayaan atau kredit BRI tersebut juga turun mendukung naiknya nilai aset perseroan menjadi Rp 1.989,07 triliun atau tumbuh sebesar 9,11% secara YoY.
“BRI meyakini pemberdayaan yang terus dilakukan perseroan kepada segmen UMKM memiliki impact terhadap daya tahan ekonomi nasional, mengingat UMKM berperan terhadap sekitar 97% job creation (penciptaan lapangan kerja) di Indonesia dan menyumbang PDB dikisaran 61%,” ujar Direktur Utama BRI, Sunarso dalam rilis yang sama.
Baca Juga: Laba Anak Usaha Bank besar Tumbuh Ciamik
BRI yang selama ini fokus menggarap segmen UMKM juga terus berupaya menjaga kualitas kredit mereka. Hingga akhir triwulan I 2024 ini, tercatat rasio (NPL) BRI berada di 3,11% dengan rasio Loan at Risk (LAR) yang terkoreksi membaik dari sebelumnya 16,39% di periode yang sama tahun sebelumnya, kini menjadi 12,70% di akhir Maret 2024. Di sisi lain DPK yang berhasil terkumpul hingga akhir Maret 2024 ini adalah sebesar Rp 1.416,21 triliun atau tumbuh 12,80% secara YoY.
Bicara soal proyeksi Sunarso tetap optimistis dengan kinerja BRI ke depan dan akan lebih fokus terhadap tantangan domestik. Menurutnya saat ini kondisi ekonomi nasional masih memiliki daya tahan terhadap stabilitas ekonomi global.
“Salah satu bentuk komitmen BRI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yakni dengan tetap mendorong penciptaan lapangan pekerjaan khususnya pada segmen UMKM melalui penyaluran kredit yang berkualitas. “ tulis rilis Tersebut.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten Perbankan di Tengah Potensi Penurunan Lanjutan
Terakhir ada PT Bank CIMB Niaga (BNGA) yang catatkan kenaikan kredit atau pembiayaan sebesar 6% secara YoY atau menjadi Rp 211,6 tirliun. Utamanya kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan kredit Usaha Kecil Menengah (UKM) yang naik 9,4% secara YoY.