Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus menggenjot penjualan aset-aset bermasalah pada tahun ini. Penjualan ini menjadi salah satu pendorong kenaikan pendapatan non bunga bank pada kuartal I/2025.
PT Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya yang hingga kuartal I/2025 tetap fokus dengan penjualan aset-aset bermasalah. Pada tahun 2025, BTN telah merencanakan transaksi bulk asset sales yang ketiga kalinya, dengan nilai sekitar Rp1 triliun hingga Rp 1,3 triliun.
Ramon Armando, Corporate Secretary BTN mengatakan, pada tahun ini target transaksi bulk asset sales di kisaran Rp 1 triliun hingga Rp 1,3 triliun dengan menggunakan pola yang sama dengan tahun lalu, yaitu asset swap.
Menurut Ramon, pola penjualan aset komersial macet yang paling banyak dilakukan adalah melalui skema penjualan bersama.
"Sampai dengan Maret 2025 telah dilakukan penjualan bersama untuk aset kredit macet aktif komersial sebesar Rp 20 miliar dan untuk aset kredit macet pasif komersial sebesar Rp 26 miliar," katanya kepada kontan.co.id, Rabu (28/5).
Baca Juga: Kredit Investasi Jadi Penopang Pertumbuhan Kredit Perbankan
Ramon menyebut, dari target tahun ini sekitar Rp 1 triliun hingga Rp 1,3 triliun, sebagian sudah hapus buku (off-balance sheet) yang dapat langsung mengurangi NPL. Namun kata Ramon, besaran hasilnya perlu menunggu prosesnya selesai.
Penjualan aset bermasalah terhadap kredit yang dihapus buku pun disebut menunjukkan peningkatan.
Hal ini tercermin dari recovery sampai dengan kuartal I/2025 yang meningkat 65,1% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024.
PT Bank Raya Indonesia Tbk (ARGO) juga aktif melakukan penjualan aset busuknya. Bank Raya terus menjalin komunikasi aktif, baik serta negosiasi dengan debitur untuk mendorong percepatan penyelesaian damai.
Direktur Keuangan Bank Raya Rustarti Suri Pertiwi menyampaikan, bahwa Bank Raya juga aktif melakukan kerja sama dengan KPKNL dalam melakukan lelang, sehingga persentase keberhasilan lelang semakin membaik, juga publikasi informasi lelang Bank Raya yang semakin baik dan mudah diakses oleh Masyarakat sehingga bisa meningkatkan potensi penambahan pendapatan recovery.
"Penjualan asset dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, dengan mayoritas berasal dari segmen Menengah," ungkap wanita yang akrab disapa Tiwi ini.
Baca Juga: Laba Terus Tumbuh Hingga April, Perbankan Digital Yakin Berlanjut Sampai Juni 2025
Tiwi menjelaskan, dalam penjualan aset Bank Raya melakukan beberapa skema, seperti skema penyelesaian damai melalui komunikasi yang baik dan negosiasi dengan nasabah, skema lelang melalui KPKNL, Kerja sama dengan pihak ketiga maupun skema lainnya. Sampai dengan saat ini skema penyelesaian damai dan skema lelang mendominasi pencapaian recovery.
Hingga akhir tahun Bank Raya memproyeksikan bahwa angka recovery write off masih terus bertumbuh. Namun demikian, hal yang menjadi fokus utama Bank Raya adalah untuk tetap melakukan ekspansi kredit dengan hati-hati, sehingga kualitas kredit akan terus terjaga.
Selanjutnya: Kinerja TBS Energi Utama (TOBA) Menurun Usai Jual PLTU, Ini Rekomendasi Analis
Menarik Dibaca: Ini 10 Kereta Api Favorit Penumpang Selama Libur Panjang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News