Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
Pertumbuhan laba bersih ini seiring dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 9,3% menjadi Rp 46,1 triliun. Pendapatan non bunga juga naik 7,8% yoy menjadi Rp 16,7 triliun yang ditopang fee dan komisi tumbuh 15,2%.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pertumbuhan pendapatan bunga sejalan dengan pertumbuhan kredit perseroan yang terus berlanjut. Perseroan membukukan kredit Rp 682 triliun atau tumbuh 12,6%.
Adapun biaya pencadangan turun 48,8% dari Rp 7,64 triliun menjadi Rp 3,91 triliun di September 2022. Sedangkan kredit yang direstrukturisasi mengalami penurunan 22,6% menjadi Rp 68,8 triliun di sembilan bulan pertama 2022.
Tahun ini, BCA menargetkan kredit tumbuh 8% hingga 10%. “Kalau melihat kredit BCA yang sudah naik 12,6% yoy, mudah-mudahan dengan persentase yang kurang lebih sama bisa kita capai tahun 2023 walaupun kita tahun tantangannya ada," kata Jahja.
Baca Juga: Saham Bank BCA (BBCA) Cuan Rp 400 Pekan Lalu Kekayaan Grup Djarum Naik Rp16,9 T
Lanjutnya, tidak mudah melakukan proyeksi sektor mana yang masih akan prospektif dalam menopang pertumbuhan kredit tahun depan. Namun, ia meyakini bahwa sektor konsumsi dan pariwisata menjadi salah satu yang punya prospek cerah.
Sektor konsumsi dinilai menarik karena Indonesia dengan penduduk 250 juta tentu membutuhkan makan dan minum. Adapun sektor terkait pariwisata dinilai menarik karean sudah ada beberapa negara yang membuka penerbangannya untuk Indonesia.
"Jepang sudah buka wisatanya ke Indonesia. Ini otomatis akan ada resiprokalnya dimana orang Jepang sudah bisa masuk ke kita. Hong Kong juga sudah buka, hopefully China segera, sehingga daerah wisata kita kembali normal seperti sebelum Covid-19. Kita sektor swasta akan diuntungkan dari net foreign exchange," kata Jahja.
Meskipun cukup optimis menyambut tahun 2023, Jahja menekankan bahwa perbankan masih perlu hati-hati mengingat tantangan ekonomi yang masih besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News