Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain sektor pariwisata, Bali memiliki potensi penghasil devisa lainnya seperti komoditas garam. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mendorong potensi pendapatan devisa melalui ekspor Garam Kusamba lewat program Desa Devisa.
Direktur Eksekutif LPEI, James Rompas menyatakan Garam Kusamba sudah dikenal sejak masa Kerajaan Klungkung sehingga perlu dikembangkan sebagai salah satu penghasil devisa.
Program Desa Devisa Garam Kusamba akan memberikan berbagai pendampingan mulai dari aspek produksi sampai pemasaran ke luar negeri.
“Manfaatnya akan dirasakan hingga lebih dari 100 petani garam di Desa Kusamba dan Pesanggrahan, Kabupaten Klungkung,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Selasa (9/11).
Program Desa Devisa ini buah kolaborasi antara Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan RI, Pemerintah Kabupaten Klungkung, dan LPEI.
Baca Juga: Dukung pemulihan pariwisata, LPEI salurkan pembiayaan ke industri Horeka di Bali
Garam yang dihasilkan oleh petani yang tergabung dalam Koperasi Mina Segara Dana memiliki kualitas premium diolah secara tradisional.
Lalu dijemur di atas batang kelapa yang dibelah menjadi dua bagian sebagai media jemurnya, sehingga menghasilkan cita rasa yang gurih, warna putih, tekstur halus dan rasa asin yang rendah.
Pendampingan yang diberikan untuk lebih meningkatkan kualitas produk adalah produksi Bali Sea Salt Rub, Branding Development, pameran dagang, business matching, hingga sertifikasi produk.
DJKN Kemenkeu Bali Nusra sebagai salah satu inisiator dalam program Desa Devisa juga antusias dengan keberlanjutan komitmen bersama sejumlah pihak untuk memajukan Desa Kusamba di Klungkung Pihaknya menyatakan siap untuk mendukung produk Garam Kusamba menjadi semakin dikenal dan berkualitas.
Gubernur Bali, Wayan Koster menyampaikan apresiasi atas program Desa Devisa ini yang seiring dengan fokusnya pada komoditas garam di Bali. Ia optimis potensi kualitas Garam Kusamba ini dapat dioptimalisasi melalui program dan kolaborasi pemerintah daerah dan pusat.
Sehingga Garam Kusamba yang merupakan peninggalan leluhur Klungkung menjadi semakin kompetitif di level lokal, domestik maupun pasar internasional dan keberhasilannya turut dapat dirasakan oleh petani garam di wilayah Klungkung, Bali.
Program Desa Devisa dimulai pada tahun 2019 dengan adanya Klaster Desa Devisa Kakao di Bali. Jembrana menjadi Desa Devisa pertama yang memiliki komoditas unggulan berupa biji kakao yang difermentasi selanjutnya ada Desa Devisa Kerajinan di Bantul, Yogyakarta dengan produk kerajinannya yang unik dan ramah lingkungan sehingga telah mampu melakukan ekspor secara berkelanjutan ke negara-negara Eropa.
Baca Juga: Dorong UKM Jatim masuk pasar global, LPEI inisiasi Desa Visa Tenun Gresik
Begitupun sejak awal tahun hingga November 2021, LPI sebagai telah meluncurkan program Desa Devisa di Jawa Barat dan Jawa Timur, yaitu Desa Devisa Kopi Subang, Desa Devisa Agrowisata Ijen Banyuwangi, dan Desa Devisa Tenun Gresik. Total penerima manfaat dari program sampai saat ini telah mencapai 2.894 orang petani/penenun/pengrajin dan ke depannya akan terus bertambah.
Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan RI, LPEI bertugas meningkatkan ekspor nasional selain memberikan pembiayaan, penjaminan, asuransi juga memiliki mandat untuk mengembangkan kapasitas masyarakat agar mampu ekspor melalui program jasa konsultasi
Melalui Program Desa Devisa ini diharapkan produk lokal Indonesia dapat menjadi komoditas ekspor yang mendunia serta memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi, sosial dan lingkungan bagi masyarakat setempat.
Ke depannya LPEI akan terus-menerus bersinergi dengan pihak-pihak terkait untuk membangun desa-desa melalui Program Desa Devisa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News