Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemberi pinjaman (lender) asing semakin gemar menyalurkan pinjaman melalui fintech peer to peer (P2P) lending Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, dari jumlah outstanding pinjaman pada akhir semester I-2021 senilai Rp 23,38 triliun, sebanyak Rp 5,43 triliun atau 23,24% diantaranya merupakan penyaluran pinjaman dari lender asing.
Sampai dengan semester I-2021 juga, terdapat 3.182 akumulasi rekening lender yang berasal dari luar negeri. Dari jumlah tersebut sebanyak 514 rekening lender yang berasal dari luar negeri tercatat masih aktif memberikan pinjaman di P2P lending. Jumlah ini hanya 0,30% dari rekening lender aktif dari seluruh industri P2PL yang mencapai 172.795 rekening lender aktif.
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B OJK Bambang W. Budiawan mengatakan, ada beberapa alasan lender asing masuk ke Indonesia. Yakni, karena tertarik dengan potensi pasar Indonesia yang luas dan imbal hasil yang relatif tinggi dibanding negara mereka.
"Lender asing biasanya datang ke Indonesia karena memiliki keterkaitan/hubungan dengan pemilik/shareholders dari penyelenggara P2P lending atau berasal dari negara yang sama dari pemilik/shareholders yang berasal dari luar negeri," kata Bambang kepada kontan.co.id, Kamis (22/7).
Baca Juga: Kondisi pandemi, kucuran pendanaan fintech lending ke sektor produktif masih tinggi
CEO Alami, Dima Djani mengatakan, saat ini lender asing di ALAMI masih fokus kepada institusi lender. Sehingga porsinya masih di bawah 10% dari total lender ALAMI saat ini.
"Saat ini ALAMI memiliki 1 lender institusi asing dengan kontribusi terhadap lokal masih di bawah 10% karena hanya 1 lender. Kami juga akan menambah 1 lender institusi asing lagi di semester II tahun 2021," kata Dima.
Dima menyebut, alasan lender asing masuk ke indonesia, selain dari return yang menarik, juga track record pembiayaan fintech P2P lending di indonesia yang baik, dengan rata-rata TKB 90 hari industri di atas 95%.
Dalam upaya menggaet lender asing, kata Dima, tentunya yang menjadi daya tarik yaitu dari segi kualitas pembiayaan yang ditawarkan kepada lender. Hal tersebut yang membuat para lender terjarik dengan ALAMI.
"Selain itu tentunya adalah strategi perusahaan secara holistik juga mempengaruhi, seperti contohnya marketing. Bagaimana membuat publik tahu atas pencapaian-pencapaian ALAMI yang meningkatkan kepercayaan kepada kami," ungkap Dima.
Sementara di Modalku, hingga semester I 2021 ini, jumlah pendana asing masih sekitar 2%. Pendana lokal masih tetap mendominasi yaitu sekitar 98% dibandingkan dengan pendana asing.
"Sosialisasi yang kami laksanakan masih berfokus pada masyarakat Indonesia dengan mengedepankan nilai gotong royong. Namun, dengan perkembangan teknologi dan kemudahan akses, ada juga pendana yang tertarik untuk mendanai UMKM Indonesia yang berada di luar negeri. Selain orang asing, bahkan ada juga pendana yang merupakan WNI namun berdomisili di luar Indonesia dan aktif menjadi pendana di Modalku," jelas Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya.
Reynold menyebutkan, salah satu faktor utama lender asing gemar menyalurkan pendanaan ke Indonesia adalah karena tingkat kepercayaan dan diversifikasi portofolio pendanaan bagi pendana di Modalku ke berbagai macam sektor UMKM.
Selain itu, bunga yang ditawarkan di Indonesia lebih bervariatif karena jangkauan produk yang lebih luas. Grup Modalku saat ini telah beroperasi di Indonesia, Singapura, Malaysia, serta Thailand dan telah mendapatkan izin di 4 negara operasional.
Salah satu pendana institusi asing yang menyalurkan dana ke Modalku adalah Triodos Investment Management, perusahaan investor global dari Belanda yang secara aktif mendukung inisiatif yang memberikan dampak positif.
Baca Juga: Terjerat pinjol ilegal? OJK sarankan untuk lakukan 5 hal ini
CEO & Co Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan juga menyatakan, lender asing banyak memberikan likuiditas melalui P2P lending platform di Indonesia, khususnya untuk produk-produk yang secara risiko belum biasa bagi lender institusi lokal.
"Beberapa alasan lender asing melirik pasar P2P lending Indonesia karena return menarik baik untuk pinjaman produktif maupun konsumtif (contoh di jepang rate sangat kecil) dan semakin terlihat track record yang dibangun beberapa tahun terakhir oleh fintech," kata Ivan.
Akseleran bekerjasama dengan lender asing, kebanyakan melalui kantor cabang di Indonesia. Contohnya dengan J-Trust Group dari Jepang, pihaknya kerjasama melalui Bank J-Trust, lalu dengan Credit Saison dari Jepang, pihaknya kerjasama melalui Saison Modern Finance.
Ke depannya, Akseleran berharap bisa terus bekerjasama dan menciptakan sinergi dengan lender asing yang bisa memberikan dana dengan cost of fund yang rendah. Kata Ivan, tentu ini juga akan membantu UMKM Indonesia untuk bisa mendapatkan pinjaman yang lebih murah.
Baca Juga: Pinjaman Akseleran sentuh Rp 2,68 triliun hingga akhir Juni 2021
Sementara itu, Koinworks menyatakan, lender ritel asing di KoinWorks masih tergolong cukup sedikit yaitu di bawah 2% dari total akun yang ada di KoinWorks mengingat adanya regulasi yang berbeda di masing-masing negara.
"Namun hal yang menarik adalah kami memisahkan antara lender WNI tinggal di luar Indonesia, WNA tinggal di luar Indonesia dan WNA tinggal di Indonesia. Dari ketiga segmentasi ini jumlahnya masih di bawah 2% dari total akun yang ada di KoinWorks," kata Jonathan Bryan, Chief Marketing Officer KoinWorks.
Jonathan mengatakan, ada beberapa alasan kenapa lender asing tertarik menyalurkan pinjaman di Koinworks. Misalnya saja, WNI di luar Indonesia banyak menyukai bermain di KoinWorks karena mereka bisa membantu bisnis di Indonesia melalui platform KoinWorks, dimana sebelumnya tidak ada platform yang bisa support UKM.
Ditambah dengan return yang cukup bagus apabila dibandingkan dengan negara berkembang yang deposit rate-nya di bawah 2% p.a.
Selain itu, Jonathan menyebut, WNA sendiri memiliki 4 faktor utama. Yakni, familiarity dengan P2P lending pada negaranya lalu melihat P2P Lending di Indonesia yang sedang berkembang, sehingga mereka cukup fasih dan tau bagaimana cara yang benar dalam berinvestasi di P2P Lending.
Faktor kedua adalah speed yang bisa di dapatkan karena semua serba online. Ketiga, brand, dimana KoinWorks yang juga mendapat pendanaan dari Venture Capital di berbagai negara seperti Jepang, India dan Amerika. "Faktor keempat yaitu interest rate yang baik, dimana P2P lending di Indonesia menjadi salah satu sarana diversifikasi bagi WNA," jelasnya.
Mengingat KoinWorks hanya bisa menerima dana dalam rupiah, biasanya lender yang melakukan transfer dari luar negeri cenderung lebih besar. "Namun angkanya tidak bisa kami disclose. Negara yang sudah tercatat seperti Amerika, Jepang, China, Australia, Singapura, India dan Kanada," kata Jonathan.
Selanjutnya: Inovasi dan layanan tanda tangan elektronik dukung ekosistem ekonomi digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News