kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sempat tersangkut pemeriksaan BPK, sejumlah bank kompak tambah modal


Senin, 06 Juli 2020 / 05:00 WIB
Sempat tersangkut pemeriksaan BPK, sejumlah bank kompak tambah modal


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lima dari tujuh bank yang pengawasannya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat dipermasalahkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah atau sedang menyiapkan aksi penambahan modal. Kini mereka tengah berbenah untuk meningkatkan kinerjanya.

Sebagai catatan, tujuh bank tersebut, BPK, dan OJK telah mengonfirmasi permasalahan yang muncul dalam Ikhtisar hasil pemeriksaan Semester (IHPS) II-2019 telah rampung ditindaklanjuti.

Baca Juga: Kurangi beban operasional, begini strategi yang dilakukan multifinance

Sementara itu, dalam IHPS-II 2019 ada tiga bank yang disinggung BPK mengalami masalah pemodalan yaitu PT Bank Bukopin Tbk (BBKP), PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS), dan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Buat Bank Bukopin, akhir Juni lalu telah menerima pernyataan efektif terkait aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu alias rights issue. Perseroan bakal menghimpun dana Rp 838,80 miliar dari hasil penerbitan 4,66 miliar saham anyar dengan Rp 180 per lembar.

Persetujuan tersebut akhirnya diterbitkan OJK setelah tarik ulur antara dua pemegang saham perseroan yaitu PT Bosowa Corporation dan KB Kookmin Bank. Bosowa siap mengucurkan Rp 193 miliar dalam aksi ini, sementara Kookmin berpotensi menyerap sisa rights issue sebab berstatus sebagi pembeli siaga.

Adapun aksi ini juga berpotensi dilanjutkan penambahan modal oleh Kookmin via private placement. Dari kalkulasi Kontan.co.id, untuk meraih porsi kepemilikan hingga 51%, Kookmin dapat menerbitkan 4,40 miliar saham yang dengan harga pelaksanaan Rp 180 per lembar, Kookmin akan kembali merogoh kocek Rp 791 miliar.

Baca Juga: CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) berikan restrukturisasi sampai 2021

Adapun secara total, baik melalui rights issue, maupun private placement, Kookmin akan menguruckan dana Rp 1,43 triiliun. Dana ini akan berasal dari US$ 200 juta atau setara Rp 2,74 triliun yang telah ditempatkan Kookmin di rekening penampung. Sisa Rp 1,31 triliun bisa digunakan buat membantu likuiditas Bank Bukopin.

Maklum kondisi Bank Bukopin kini juga tengah berada di titik nadir. Capital adequacy ratio (CAR) perseroan per Maret cuma 12,59%. Pun dana pihak ketiga sejak akhir tahun lalu hingga Mei 2020 sudah terkuras Rp 15,31 triliun atau merosot 20,21% (ytd).

Adapun sejumlah strategi pasca aksi tambah modal ini juga telah disiapkan oleh Bank Bukopin. Direktur Utama RIvan A Purwantono misalnya mengatakan perseroan bakal menggelar sejumlah kerja sama pembiayaan bersama dengan sejumlah bank. “Kerja sama antar bank bentuknya berupa money market line, dan joint financing,” katanya kepada Kontan.co.id pekan lalu.

Sementara setelah dana hasil rights issue juga akan digunakan perseroan untuk ekspansi kredit, terutama di segmen UMKM, dan konsumer. Rencana ekspansi ini juga sesuai dengan target perseroan untuk makin fokus membidik segmen ritel yang berasal dari UMKM, dan konsumer.

Baca Juga: Pemerintah disarankan tingkatkan peran KSSK daripada bubarkan OJK

Adapun hingga 2022, perseroan menargetkan 67% komposisi kredit akan tersalurkan ke segmen ritel, sedangkan 33% sisanya mengalir ke segmen komersial. Sementara hingga Mei 2020, pertumbuhan kredit Bank Bukopin tercatat masih stagnan menjadi Rp 64,55 triliun dibandingkan akhir tahun lalu senilai Rp 64,54 triliun.

Selanjutnya ada Bank Banten yang siap disuntik modal oleh Pemprov hingga Rp 1,9 triliun. Rencana ini menguak di tengah proses penggabungan usaha perseroan dengan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR).

Gubernur Banten Wahidin Halim akhir Juni lalu memutuskan untuk menambal bolong-bolong modal Bank Banten, sebab proses penggabungan usaha dengan Bank BJB dinilainya berjalan lambat. Meski demikian, penambahan modal ini baru bisa akan terlaksana tahun depan, sebab Pemprov mesti menyusun sejumlah regulasi terkait.

Adapun Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa mengatakan rencana tambahan modal oleh Pemprov akan ditadah dengan aksi rights issue. “Kami memang sedang menjajaki kembali rencana rights issue, sehingga jika Pemprov akan melakukan penyertaan modal maka dapat memanfaatkan aksi korporasi tersebut,” kata Fahmi.

Baca Juga: Sejumlah ekonom menilai wacana pembubaran OJK belum tepat, ini argumennya

Sejak akhir tahun lalu, eks Bank Pundi ini memang sudah berencana menggelar rights issue secara bertahap untuk menerbitkan 400 miliar saham senilai Rp 8 per lembar. Perseroan menargetkan dapat menghimpun dana hingga Rp 3,2 triliun. Rencannya ada dua rights issue yang digelar Juni 2020 untuk menghimpun dana Rp 500 miliar, dan Desember 2020 untuk menghimpun dana Rp 700 miliar.

Dua rencana tersebut batal, karena pandemi, dan adanya rencana penggabungan usaha dengan Bank BJB. Padahal Fahmi bilang sudah ada sejumlah investor anyar, termasuk investor asing yang siap menjadi pemegang saham anyar perseroan via aksi tersebut. Sayang rencana calon investor tersebut juga batal.

Fahmi sebelumnya juga menjelaskan suntikan modal memang sangat dibutuhkan perseroan untuk mendongkrak kinerja yang sepanjang berdiri, Bank Banten selalu dapat rapor merah. Dari kalkulasinya, perseroan setidaknya butuh tambahan modal minimum Rp 500 miliar untuk dapat mulai mendulang laba pada 2021.

“Tambahan modal akan kami gunakan untuk ekspansi kredit mencapai Rp 2,02 triliun, yang kemudian bisa mengurangi cost of fund hingga 10,66%. Ini jadi salah satu skenario terbaik, bagaimana kami bisa meraih impas (break even point) pada 2021,” sambungnya.

Baca Juga: Dorong pertumbuhan UMKM, fintech P2P lending gencar salurkan pinjaman dana

Hingga Mei 2020, penyaluran kredit perseroan tercatat masih tumbuh negatif 6,50% (ytd). Pun penghimpunan dana pihak ketiga yang negatif 17,81% (ytd) menjadi Rp 4,58 triliun. Adapun rasio kecukupan modal perseroan akhir tahun lalu sebesar 9,01%.

Terakhir ada Bank Muamalat yang tak seberuntung dua bank sebelumnya. Rencana penambahan modal yang telah disusun sejak beberapa tahun terakhir hingga kini belum juga terlaksana, bahkan belum direstui OJK.

“Proses aksi korporasi masih terus berjalan, kami berkoordinasi dengan OJK dan pemegang saham lainnya. Di samping sudah ada investor yang terdaftar, ada juga yang lain,” kata Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K. Permana pekan lalu di Jakarta.

Rencana rights issue Bank Muamalat mengemuka sejak 2017 lalu, pun telah gagal tiga kali digelar. Terakhir, pada Desember 2019, RUPSLB memutuskan kembali berencana menggelar rencana rights issue dengan menerbitkan 32,96 miliar saham. Adapun target penghimpunan dananya berkisar Rp 2-3 triliun.

Baca Juga: Laju kredit bank BUKU III melambat di bulan Mei, ini penyebabnya

Hingga kuartal I-2020, capital adequacy ratio (CAR) Bank Muamalat berada pada level 12,12%. Sementara pertumbuhan pembiayaannya mencapai Rp 29,92 triliun dengan pertumbuhan tak. Sampai 1% dibandingkan akhir tahun lalu. Sedangkan pertumbuhan DPK tumbuh negatif dibandingkan akhir tahun lalu menjadi Rp 40,28 triliun.

Dua Bank Lain

Sementara dua bank lain yang meskipun tidak disinggung terkait modal dalam IHPS II-2019 BPK juga tengah menyiapkan aksi penambahan modal yaitu PT Bank Mayapad Internasional Tbk (MAYA), dan PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB).

Pengendali Bank Mayapada Dato Sri Tahir sepanjang 2020 ini getol melakukan aksi penambahan modal ke perseroan. April lalu, dua perusahaan Tahir yaitu PT Mayapada Kurnia, dan PT Mayapada Kasih setor modal secara tunai senilai Rp 252,08 miliar. Teranyar Tahir sendiri yang langsung setor modal Rp 750 miliar pada awal Juli lalu.

Selain setoran tunai, Bank Mayapada juga menerima setoran modal dari hasil sejumlah penjualan aset milik perusahaan Tahir dengan nilai total Rp 3,5 triliun. Secara total, maka perseroan menerima Rp 4,5 triliun tambahan modal dari Tahir.

Baca Juga: Terdampak corona, Bank Woori belum menerima permintaan fasilitas kredit baru

Sejumlah aksi penambahan modal Tahir tersebut dilakukan sebagai bagian untuk memperkuat modal perseroan sekaligus aksi penawaran umum terbatas XIII 2020 dengan target penghimpunan dana Rp 4,5 triliun yang rencananya digelar pada akhir kuartal III-2020.

Sebelumnya kepada Kontan.co.id, Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahrijadi bilang, selain untuk memperkuat aspek permodalan, kucuran dana dari Tahir juga akan digunakan untuk rencana ekspansi perseroan pascapandemi.

“Tambahan modal ini juga untuk mengantisipasi saat pandemi selesai. Kegiatan usaha pasti akan mulai kembali berjalan normal, sehingga kami bisa mulai ekspansi,” katanya kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Per April 2020, CAR perseroan terhitung cukup kokoh sebesar 17,97%. Adapun penyaluran kredit senilai Rp 55,74 belum tumbuh dibandingkan penyaluran akhir tahun lalu senilai Rp 71,88 triliun. Sedangkan penghimpunan DPK juga tumbuh negatif 5,54% (ytd) menjadi Rp 72,74 triliun.

Baca Juga: Jiwasraya Jilid II, Kejagung Sidik Dua Staf Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 3 Juli 2020

Terakhir ada Bank Yudha Bhakti yang saat ini tengah menggelar rights issue dengan menerbitkan 1,32 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 300 per lembar. Atas aksi ini, modal perseroan akan bertambah Rp 396,11 miliar.

Perseroan dalam prospektusnya juga menyatakan hasil penghimpunan dana ini akan dimanfaatkan untuk ekspansi kredit. Selain itu, tambahan modal ini juga digelar untuk memenuhi target perseroan naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 2 dengan modal inti antara Rp 1 triliun hingga Rp 5 triliun.

Per kuartal I-2020, modal inti perseroan senilai Rp 921,64 miliar, dengan CAR sebesar 29,96%. Adapun hingga April 2020, perseroan telah berhasil menyalurkan kredit Rp 3,64 triliun dengan pertumbuhan dengan pertumbuhan negatif 4,80% (ytd). Sementara penghimpunan DPK negatif 13,27% (ytd) menjadi Rp 3,52 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×