Reporter: Adhitya Himawan |
JAKARTA. Pemerintah akan kembali menjalankan sensus pertanian pada Mei mendatang. Hasil sensus yang berjalan 10 tahun sekali ini penting, terutama karena sudah ada sejumlah masalah yang menanti. Misalnya saja, dalam penentuan kuota impor sapi yang selalu memunculkan perdebatan.
Wakil Menteri Pertanian, Dr. Rusman Heriawan mengatakan, ada beberapa program strategis Kementerian Pertanian yang sangat terbantu dengan sensus pertanian, seperti data kepemilikan lahan dan data populasi ternak sapi.
“Selama ini kita tahu bahwa rata–rata petani kita menguasai 0,3 hektare lahan pertanian. Nah, hasil sensus pertanian ini sangat kita tunggu apakah luasan lahan petani bisa lebih besar, bertahan pada lahan 0,3 hektare atau justru semakin kecil. Kalau semakin kecil, maka skala ekonominya pun tidak menguntungkan,” jelas Rusman dalam rilis dari Kementerian Pertanian hari ini (25/4).
Selain itu, data sensus pertanian bisa menjadi pembanding data Sensus Sapi 2011. Karena selama ini data tersebut dipakai untuk menentukan kuota impor. “Tahun 2013 ini kita impor 80.000 ton, apakah jumlah itu masih sesuai atau tidak berdasarkan stok sapi dari sensus pertanian, karena itu kita sangat menunggu hasil sensus pertanian,” jelasnya.
Menurut Rusman, kalau pun nanti data sensus pertanian berbeda dengan sensus sapi 2011, hal itu wajar saja. Sebab, waktu pelaksanaan sensus berbeda.
“Kita juga tidak pernah merasa khawatir dengan perbedaan data karena kedua sensus tersebut dilaksanakan oleh lembaga yang sama, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS),” terangnya.
Rusman sangat berharap kejujuran para petani agar Sensus Pertanian 2013 bisa berjalan sukses. "Kalau punya sapi satu, ya jawab satu, jangan ditambah atau dikurangi, karena ini sangat berpengaruh terhadap banyak sedikitnya persediaan daging di Indonesia. Begitu juga dengan pertanian, saya harapkan dapat menjawab sesuai dengan yang dimiliki para petani," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News