kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.294.000   -9.000   -0,39%
  • USD/IDR 16.585   5,00   0,03%
  • IDX 8.258   6,92   0,08%
  • KOMPAS100 1.128   -3,16   -0,28%
  • LQ45 794   -6,53   -0,82%
  • ISSI 295   3,34   1,15%
  • IDX30 415   -3,30   -0,79%
  • IDXHIDIV20 467   -5,39   -1,14%
  • IDX80 124   -0,60   -0,48%
  • IDXV30 134   -0,53   -0,39%
  • IDXQ30 130   -1,48   -1,13%

Simak Strategi Bank DBS Pacu Pembiayaan Hijau dan Berkelanjutan


Jumat, 10 Oktober 2025 / 16:38 WIB
Simak Strategi Bank DBS Pacu Pembiayaan Hijau dan Berkelanjutan
ILUSTRASI. ATM Bank DBS Indonesia di Jakarta.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank DBS Indonesia secara konsisten mendorong pembiayaan berkelanjutan sebagai bagian dari komitmennya terhadap transisi menuju ekonomi hijau. 

Pendekatan ini diwujudkan melalui penyaluran dana ke sektor-sektor yang mendukung tujuan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), termasuk energi terbarukan, transportasi rendah karbon, pengelolaan limbah, dan infrastruktur hijau.

Hingga akhir tahun 2024 lalu, DBS Group telah menyalurkan hampir SGD 90 miliar pembiayaan berkelanjutan secara global.

Helge Muenkel, Chief Sustainability Officer Bank DBS mengatakan, Indonesia menjadi salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat kedua setelah India.

DBS juga mulai mengarahkan lebih dari 60% portofolio pembiayaan energi ke sektor energi terbarukan, seperti panas bumi, hidro, dan surya. Sementara untuk batu bara, kebijakan pembiayaan kini hanya diberikan bagi proyek yang bertujuan menggantikan pembangkit batu bara dengan energi bersih.

"Dalam mendukung transisi ini, DBS juga memperkenalkan inovasi Transition Credits, yakni skema pembiayaan yang memberikan insentif saat pembangkit batu bara ditutup lebih cepat dan digantikan dengan energi terbarukan," kata Helge di Jakarta, Jumat (10/10/2025).

Baca Juga: Rekam Jejak Bank DBS Indonesia Ciptakan Dampak Sosial Bagi Masyarakat Rentan

Di sisi lain, Bank DBS Indonesia menegaskan komitmennya dalam menjalankan strategi keberlanjutan yang berfokus pada manusia (people-centric sustainability). Bagi DBS, keberlanjutan tidak semata soal aksi iklim, melainkan juga mencakup dimensi sosial dan ekonomi.

“Kami mendefinisikan keberlanjutan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup manusia, baik yang hidup hari ini maupun generasi mendatang,” ujar Helge.

Menurutnya, di negara berkembang seperti Indonesia, tantangan terbesar bukan hanya transisi energi, tetapi juga pemerataan kesejahteraan. “Kita perlu menyeimbangkan kebutuhan ekonomi hari ini tanpa mengorbankan masa depan,” ujarnya.

DBS mengintegrasikan visi keberlanjutan ke dalam seluruh lini bisnis melalui tiga pilar utama.

Pertama, memberdayakan nasabah agar dapat bertransisi menuju bisnis yang lebih berkelanjutan. Langkah ini diwujudkan lewat pembiayaan sektor energi terbarukan, transportasi listrik, hingga proyek konversi limbah menjadi energi. DBS juga aktif memperluas inklusi keuangan, terutama bagi masyarakat yang belum memiliki akses perbankan.

Baca Juga: Dukung Korporasi Terapkan ESG, Bank DBS Siap Berikan Pembiayaan dan Pendampingan

Kedua, membangun organisasi yang berkelanjutan dari dalam. “Kami mendorong budaya kerja yang beragam, inklusif, dan ramah lingkungan. Termasuk mengurangi jejak karbon dari aktivitas operasional,” katanya.

Ketiga, memberikan dampak di luar perbankan melalui program Impact Beyond Banking. Melalui DBS Foundation, bank ini mendukung wirausaha sosial, seperti perusahaan yang mengubah limbah pertanian dan rumput laut menjadi produk ramah lingkungan.

Selain itu, DBS mendukung kebijakan pemerintah Indonesia seperti Taksonomi Hijau dan Bursa Karbon, yang dinilai penting untuk membangun ekosistem transisi energi yang inklusif.

Baca Juga: Nasabah Tajir Bank DBS Indonesia Tumbuh 7%, Obligasi Jadi Pilihan Investasi Utama

“Keberhasilan transisi ini tidak bisa dilakukan sendiri. Diperlukan kerja sama antara regulator, sektor swasta, lembaga keuangan, dan masyarakat,” tegasnya.

Lebih lanjut Helge menjealskan, dengan melihat tren global, DBS optimistis masa depan energi bersih semakin cerah. Saat ini, setiap 1 dolar yang diinvestasikan untuk energi fosil sudah diimbangi 2 dolar untuk energi bersih. 

"Di Indonesia sendiri, penjualan kendaraan listrik mencapai 14% dari total mobil baru tahun ini menunjukkan arah perubahan yang positif," katanya.

Dengan potensi sumber daya alam, mineral kritis seperti nikel dan aluminium, serta kekayaan hutan dan mangrove, Indonesia dinilai memiliki peluang besar menjadi pemain utama dalam ekonomi hijau.

“Fokus kami tetap sama, membantu nasabah tumbuh secara berkelanjutan dan memastikan transisi energi berjalan adil serta berdampak positif bagi manusia dan lingkungan,” pungkasnya.

Baca Juga: Digibank PayLater DBS Catat Pertumbuhan Volume Transaksi 10% pada Juni 2025

Selanjutnya: Cicilan Paylater Bisa Turunkan Skor Kredit: Ini Tips Jaga Reputasi Finansial

Menarik Dibaca: Cicilan Paylater Bisa Turunkan Skor Kredit: Ini Tips Jaga Reputasi Finansial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×