kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi perusahaan multifinance tekan biaya operasional di masa pandemi


Senin, 03 Agustus 2020 / 22:15 WIB
Strategi perusahaan multifinance tekan biaya operasional di masa pandemi
ILUSTRASI. Costumer Service perusahaan pembiayaan Mandiri Tunas Finance (MTF) melayani nasabah di MTF Costumer Executive Lounge, Jakarta, Senin (13/4/2020).?MTF mencatat kenaikan kinerja pembiayaan sebesar 5% di sepanjang triwulan pertama tahun 2020 dibandingkan per


Reporter: Annisa Fadila | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pandemi covid-19 yang belum tertuntaskan membuat beban industri multifinance ikut meningkat. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Per Mei 2020 beban operasional multifinance mencapai Rp 41,724 triliun, sedangkan periode yang sama tahun lalu hanya Rp 36,377 triliun. Artinya, beban multifinance naik Angka ini naik 14,69%.

Masih mengacu data OJK, tercatat beban terbesar datang dari beban bunga. Dimana, Mei 2020 beban bunga multifinance mencapai Rp 10,856 triliun.

Baca Juga: Intip jurus multifinance menekan biaya operasional di tahun ini

Hanya saja, jika dibandingkan dengan Mei tahun lalu angka ini mengalami penurunan. Tercatat, beban bunga multifinance tahun lalu Rp 11,664 triliun.

Menghadapi situasi tersebut, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) memasang strategi. Dalam menekan biaya operasional, MTF memilih untuk menunda project digitalisasi dan pembukaan cabang baru.

Direktur Keuangan MTF Armendra menjelaskan, penundaan ini dilakukan sampai tahun depan, guna mengamati situasi sekaligus menekan pembiayaan operasional.

Baca Juga: Wabah corona membuat pembiayaan syariah multifinance lesu

“Merujuk data tahun lalu, biaya operasional kita sebesar Rp 935 miliar, sehingga tahun ini akan di tekan menjadi Rp 827 miliar, turun 12%. Terkait beban terbesar MTF, ada di kategori tenaga kerja. Dimana komponen biaya tenaga kerja 60% dari biaya operasional, 25% lainnya administrasi operasional kantor dan 15% terkait biaya maintance account,” ujar Armendra kepada Kontan.co.id (3/8).

Senada, PT BCA Finance mencatat biaya operasional terbesar datang dari biaya tenaga kerja. Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim mengatakan, per Juni 2020 biaya tenaga kerja mencapai Rp 268 miliar, artinya 48% dari biaya operasional. Sehingga, Roni memproyeksi sampai akhir tahun biaya tenaga kerja mencapai Rp 497 miliar dari proyeksi opex.

“Kami memproyeksikan sampai Desember nanti biaya SDM hanya Rp 497 miliar dari total opex, yakni Rp 1.008 miiar. Karena memang kita tidak bisa mengurangi gaji tenaga kerja, jadi yang di kurangi itu hanya biaya insentif dan lembur,” kata Roni.

Baca Juga: OJK buka opsi restrukturisasi kredit diperpanjang

Untuk diketahui, guna menekan biaya operasional, anak usaha Bank BCA ini secara selektif telah berhati-hati dalam mengeluarkan biaya promosi. Tak hanya itu, Roni bilang pihaknya juga telah meniadakan perjalanan dinas.

Sementara, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) mencatat, beban terbesar ada di personal expense yang mencapai 32% dari total biaya operasional. Ke depan, CNAF mulai melakukan transformasi digital, automasi juga sentralisasi.

"Strategi ini bertujuan agar perusahaan bisa mendapatkan pendapatan optimal dengan biaya minimal. Namun yang perlu ditegaskan, tahun ini kami berusaha menjaga angka biaya operasional," jelas Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×