Reporter: Galvan Yudistira, Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Lesu di tahun 2016 ini, penyaluran kredit perbankan diprediksi bakal mulai menggeliat di tahun depan. Membaiknya ekonomi menjadi pelumas kucuran kredit industri perbankan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi, kredit perbankan 2017 bisa tumbuh hingga dua digit, berkisar 9%-11%. Angka itu lebih tinggi ketimbang prediksi tahun ini yang cuma 6%-7%.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon mengatakan, sejumlah faktor bakal menopang penyaluran kredit perbanakn di tahun depan. “Salah satunya mulai membaiknya harga komoditas,” kata dia, Senin (14/11).
Bila prediksi OJK tersebut terbukti, tahun depan akan menjadi titik balik pertumbuhan kredit perbankan Indonesia. Sebab, sejak tahun 2012 silam, tren penyaluran kredit terus menurun.
Berdasarkan data OJK hingga Agustus 2016, kredit perbankan hanya tumbuh 6,83% menjadi Rp 4.146,29 triliun. Selain harga komoditas yang mulai bangkit seperti harga barang tambang dan harga minyak sawit, proyeksi pertumbuhan kredit OJK di tahun depan tersebut juga didasari sejumlah faktor lain.
Pertama, efek 14 paket kebijakan pemerintah mulai terasa tahun depan. Kedua, masuknya dana amnesti pajak yang besar ke sistem perbankan. Dana repatriasi Rp 100 triliun yang dijanjikan masuk akhir 2016 akan jadi likuiditas bank memacu kredit di 2017.
Ketiga, proyeksi membaiknya pertumbuhan ekonomi China di 2017. Ini diyakini bisa meningkatkan permintaan barang ekspor, khususnya komoditas asal Indonesia.
Kendati OJK optimistis, sejumlah bank masih berhati-hati dalam memasang target kreditnya.
Pahala Nugraha Mansury, Direktur Keuangan dan Tresuri Bank Mandiri bilang, Mandiri mengincar pertumbuhan kredit 12% di 2017 dengan asumsi dana pihak ketiga tumbuh 8%–10%. Target itu sama dengan proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini yakni 12%.
“Kami masih akan mengandalkan kredit korporasi dan konsumer,” kata Pahala.
Proyeksi Pahala, korporasi diprediksi tumbuh lebih dari 12%, kredit mikro di atas 20% dan kredit konsumer bakal tumbuh 20% ditopang pelonggaran aturan loan to value atau LTV.
Adapun kredit menengah, kata Pahala, diprediksi masih melambat karena perusahaan sedang memperbaiki kredit bermasalah.
Hari Siaga, Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyebut BRI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 12% pada tahun depan. Target ini lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan kredit BRI tahun ini yang sebesar 13%-15%.
"Segmen kredit mikro tetap akan menjadi pendorong kredit, karena ini core competency BRI," kata Hari.
Lain halnya dengan Bank Tabungan Negara (BTN). Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko bilang, BTN memasang target pertumbuhan kredit hingga 20% tahun depan. Sebab, BTN fokus di pembiayaan perumahan.
Sebagai gambaran, sampai kuartal III tahun 2016 ini , pertumbuhan kredit penguasa pasar kredit perumahan tersebut mencapai 16,27%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News