Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Awan mendung kelihatannya masih akan menyelimuti bisnis kartu kredit yang dilakoni bank umum. Harap maklum, industri ini terkena dampak aturan pembatasan kepemilikan kartu. Tahun lalu saja, pertumbuhan kartu kredit beredar diperkirakan cuma tumbuh di kisaran 4%.
Kondisi berbeda dialami PT Bank UOB Indonesia. Bank yang berbasis di Singapura ini mencatat pertumbuhan kartu kredit beredar sebesar 15% - 20% di sepanjang tahun lalu. Saat ini, total kartu kredit yang beredar mencapai 350.000 keping.
Adapun, dari sisi volume, Irwan Tisnabudi, Business Head UOB Indonesia mengatakan, nilainya mencapai lebih dari Rp 6 triliun. "Kami perkirakan pertumbuhannya sebanyak 25% hingga akhir tahun nanti," ujarnya, Kamis (14/11).
Optimisme ini bukan isapan jempol. Menurut dia, jumlah kartu kredit beredar dan volume transaksi yang dicatatkan perseroan masih sangat kecil. Dibandingkan dengan data industri, penetrasi kartu kredit UOB masih berkisar 2% - 2,5%.
Salah satu strategi untuk mendongkrak pertumbuhan kartu kredit, lanjut Irwan, pihaknya akan lebih getol menyasar nasabah-nasabah berkantong tebal atau di atas Rp 10 juta. Ini sesuai dengan aturan BI yang menyebut pemegang kartu kredit dibatasi dari dua penerbit apabila berpenghasilan kurang dari Rp 10 juta.
"Makanya, kartu kredit kami kebanyakan untuk nasabah berpenghasilan lebih dari Rp 10 juta. Limit kartu yang kami berikan juga kebanyakan di atas Rp 50 juta, yakni sebanyak 30%. Sisanya berlimit antara Rp 10 juta - kurang dari Rp 50 juta," imbuh Irwan.
Saat ini, UOB tercatat mengedarkan empat jenis kartu kredit. Setiap jenisnya memiliki segmen bisnis masing-masing. Khusus UOB PRVI Miles yang diluncurkan hari ini, UOB menargetkan mengedarkan 20.000 - 30.000 kartu. Kartu kredit anyar ini difokuskan untuk mereka yang gemar berpariwisata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News