Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Rasio kredit bermasalah yang tinggi masih membayangi sektor perbankan. Berdasarkan data statistik perbankan (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2017, tercatat ada empat sektor yang masih menjadi penyumbang rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) terbesar.
Empat sektor tersebut adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan NPL sebesar 7,04%. Disusul oleh sektor perdagangan dengan NPL sebesar 4,50%, transportasi dan pergudangan dengan NPL 4,49% serta konstruksi dengan NPL sebesar 4,14%.
Dari keempat sektor tersebut, masing-masing mencatatkan kenaikan terutama di sektor pertambangan yang pada periode sebelumnya berada di level 4,22%. Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja mengatakan, NPL memang sempat meningkat di kuartal I-2017. Kendati demikian Jahja menilai memasuki kuartal II tahun ini, laju NPL sedikit melandai.
"NPL baru mereda, kami belum tahu ini trennya seperti apa. Kenyataannya banyak bank-bank menengah yang NPL melejit tinggi khususnya di kuartal I dan kuartal II," katanya saat ditemui di Jakarta, Selasa (23/5).
Adapun NPL BCA saat ini masih terjaga di level 1% hingga 1,5% hingga akhir April 2017. BCA pun memasang target konservatif, hingga akhir tahun bank milik grup Djarum ini mematok NPL terjaga di level 2%.
"Kita proyeksikan sampai akhir tahun (BCA), NPL bisa sampai 2%, salah satu sektor yang diantisipasi sektor penjang pertambangan, transportasi dan perdagangan," tuturnya.
Senada, PT Bank Bukopin Tbk juga mengatakan sektor penyumbang NPL terbesar masih berasal dari sektor pertambangan dan perdagangan. "Posisi saat ini masih sama dengan Maret 2017, sektor penyumbang NPL terbesar masih di sektor pertambangan dan perdagangan," ujar Direktur Utama Bukopin, Glen Glenardi.
Sebagai informasi saja, Bukopin mencatat sampai dengan kuartal I-2017, posisi NPL berada di posisi 4,07% (gross) atau meningkat dibanding posisi akhir Maret tahun lalu sebesar 3,3%. Guna menekan laju NPL, Glen menyebut sampai saat ini pihaknya terus melakukan langkah-langkah penyelesaian kredit bermasalah, baik melalui collection, restrukturisasi maupun penjualan jaminan.
"Sampai triwulan II, penyumbang NPL masih tetap sama yaitu pertambangan dan perdagangan," imbuh Glen.
Sebelumnya, Glen mengatakan, pihaknya akan menyelesaikan kredit bermasalah di kedua sektor tersebut di bulan Mei dan Juni 2017. Hingga akhir tahun 2017 bank berkode emiten BBKP ini menarget NPL dapat terjaga di bawah 3%.
Setali tiga uang, PT Bank Mayapada Internasional Tbk mengatakan, NPL saat ini masih tertekan di sektor perdagangan dan konstruksi, Direktur Utama Bank Mayapada, Haryono Tjahjarijadi menyebut hingga April 2017 NPL kedua sektor di Bank Mayapada berkisar di level 1% lebih. "Sampai akhir tahun, kami optimistis NPL bisa di bawah 2%," ujar Haryono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News