Reporter: Ferry Saputra | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending PT Teknologi Merlin Sejahtera (UKU) menerapkan strategi jitu untuk menekan tingkat kredit kredit macet. Chief Executive Officer (CEO) UKU, Tony Jackson mengatakan risiko gagal bayar dapat dimitigasi dengan baik oleh pihaknya dengan cara melakukan pemutakhiran terhadap sistem elektronik atau sistem credit scoring yang ada.
"Dengan demikian, potensi fraud dapat diminimalisir," ucapnya kepada Kontan, Selasa (9/7).
Tony bilang dengan menerapkan strategi tersebut tingkat kredit macet atau TWP90 perusahaan pada Juni 2024 masih di bawah 4%. Dia menyebut hal itu menunjukkan komitmen UKU dalam mengelola outstanding pinjaman yang ada sehingga risiko gagal bayar dapat senantiasa terkendali dengan baik. Mengutip situs resmi perusahaan, UKU tercatat memiliki TKB90 sebesar 96,38% per 9 Juli 2024.
Menurutnya peningkatan literasi keuangan masyarakat masih menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, dia menyebut UKU akan terus berkontribusi terhadap peningkatan literasi keuangan ke depannya, seperti melakukan edukasi dan sosialisasi ke kampus-kampus atau pelaku UMKM.
Baca Juga: Fintech UKU Sebut Pulau Jawa Masih Mendominasi Penyaluran Pendanaan
Dengan adanya pemahaman keuangan yang memadai, bisa membantu masyarakat dalam mengakses kredit sesuai dengan kebutuhannya. Hingga Juni 2024, UKU telah menyalurkan pinjaman lebih dari Rp 66 miliar.
Sebagai informasi, OJK menyebut tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90 industri fintech P2P lending pada Mei 2024 sebesar 2,91%. Angka tersebut tercatat naik dari bulan sebelumnya. Adapun TWP90 pada April 2024 tercatat sebesar 2,79%.
Meskipun demikian, pencapaian Mei 2024 tercatat menurun, jika dibandingkan dengan posisi Mei 2023 yang sebesar 3,36%. Capaian TWP90 pada Mei 2024 tersebut masih berada pada batas aman ketentuan OJK, yakni tidak melebihi 5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News