Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) telah menutup kuartal I/2025 dengan laba Rp 13,2 triliun, dengan pertumbuhan 3,9% secara tahunan (YoY). Adapun, Net Interest Margin (NIM) menjadi salah satu yang disorot beberapa analis terkait kinerja bank tersebut.
Seperti diketahui, pada periode kuartal Maret 2025, NIM bank berlogo pita emas ini berada di level 4,8%. Catatan tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan pada posisi Desember 2024 di 5,27% dan Maret 2024 di 5,07%.
Analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella Siahaan dalam risetnya mengungkapkan tekanan penurunan NIM yang terjadi pada Bank Mandiri didorong oleh penurunan imbal hasil aset. Padahal, biaya dana (CoF) Bank Mandiri tercatat stabil di level 2,8%.
Baca Juga: Saham Bank Mandiri (BMRI) Melemah Jelang Paparan Kinerja
Meski begitu, Erni bilang bahwa ada optimisme dari manajemen Bank Mandiri dengan adanya perbaikan margin yang lebih kuat di separuh kedua 2025. Di mana, ekspektasi manajemen untuk NIM hingga akhir tahun ada di kisaran 5% hingga 5,2%.
“Pendapatan non-bunga tumbuh 16% YoY dan menjadi titik cerah, meski didorong oleh pendapatan yang tidak berulang seperti dari anak usaha, pemulihan pinjaman, serta pendapatan dari valas dan surat utang,” tulis Erni.
Sementara itu, Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis dalam riset terbarunya juga menyoroti terkait NIM Bank Mandiri yang melanjutkan tren penurunan. Ia berpadangan hal tersebut dikarenakan likuiditas yang ketat membuat biaya dana meningkat.
Edward mencatat biaya pendanaan salah satu bank pelat merah ini dari rekening giro naik menjadi 3,04%. Sementara itu, biaya deposito berjangka juga mengalami peningkatan menjadi 4,2%.
Baca Juga: Bank Mandiri (BMRI) Bukukan Laba Rp 13,2 Triliun Kuartal I-2025, Kredit Tumbuh Merata
Di sisi aset, ia melihat repricing kredit terus berjalan dengan mbal hasil meningkat pada segmen kredit konsumer menjadi 8,17%dan komersial menjadi 7,09%. Di sisi lain, imbal hasil kredit korporasi turun 23 bps YoY menjadi 6,71%, sebagian mencerminkan penurunan benchmark berbasis SOFR.
“Manajemen tetap mempertahankan panduan NIM tahunan di kisaran 5,0–5,2%, dengan ekspektasi perbaikan likuiditas pada 2025 berkat peningkatan belanja pemerintah dan daya beli masyarakat,” tulis Edward.