Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau diterpa krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19, tingkat permodalan bank di Tanah Air masih sangat tinggi. Merujuk catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2020 rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan ada di level 23,16%. Posisi itu bahkan meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 22,96%.
Kalau dibandingkan dengan negara tetangga, posisi CAR bank di Indonesia merupakan yang paling tinggi. Misalnya saja dengan Malaysia dan Thailand yang per Juli 2020 posisi CAR ada di level 18,06% dan 19,05% menurut data yang dihimpun oleh OJK.
Menurut beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id, wajar bila perbankan saat ini menjaga permodalan di level yang terbilang tinggi. Sebab sejatinya, fungsi CAR sendiri tak lain untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian, sekaligus menjaga stabilitas perusahaan.
Artinya secara umum, semakin besar nilai CAR yang dimiliki perbankan, maka semakin baik pula kemampuan perbankan dalam tingkat keamanan dan pemenuhan kewajibannya.
PT Bank Panin Tbk misalnya, yang mengatakan saat ini posisi CAR sudah di atas rata-rata industri. Walau tidak merinci, Direktur Utama Bank Panin Herwidayatmo bilang dalam situasi krisis seperti ini, CAR yang lebih dari cukup sangat dibutuhkan. "Terutama untuk berjaga-jaga terjadinya kemungkinan terburuk di kegiatan perekonomian," ujarnya Minggu (4/10).
Baca Juga: Bank besar tetap menyambut baik pelonggaran aturan pinjaman likuiditas BI
Gambaran saja, per Juni 2020 CAR Bank Panin memang tercatatsangat tinggi sebesar 25,94%. Posisi ini juga meningkat dari periode setahun sebelumnya 23,35%. Melihat pencapaian itu, Herwidayatmo mengatakan pihaknya belum punya rencana untuk menambah modal lewat aksi korporasi dalam waktu dekat.
Sementara itu, walau ada di bawah rata-rata industri PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengaku posisi permodalan saat ini sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sepanjang tahun 2020.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengungkapkan CAR perseroan saat ini ada di level 16%-17% pada kuartal III 2020. Masih di atas ketentuan yang disyaratkan regulator, atau merujuk pada aturan Basel III yakni minimal 10%.
Menurutnya, untuk di sisa tahun ini Bank BNI memilik untuk menjaga CAR tetap pada posisi stabil. "Kurang lebih dijaga sama dengan posisi Juni dan September. Rencana (aksi korporasi) tahun ini juga belum ada," terangnya.
Meski begitu, bank berlogo 46 ini tetap membuka opsi penambahan modal di tahun 2021. Hanya saja, untuk saat ini hal tersebut masih dalam proses evaluasi, antara lain menghitung potensi pengembangan bisnis ke depan.
Segendang sepenarian, beberapa bank kecil menengah juga mencatatkan CAR di level memadai. PT Bank BRI Agroniaga Tbk misalnya mencatat posisi CAR di Agustus 2020 masih di atas 23%. Sekretaris Perusahaan BRI Agro Hirawan Nur mengatakan untuk saat ini perbankan memang tidak akan banyak menempuh opsi penambahan modal.
Pasalnya, dalam kondisi pandemi tentunya ekspansi kredit bank tidak terlalu agresif. "Maka dari itu, perbankan belum perlu untuk memupuk modal secara non-organik," terangnya. Dia juga menegaskan untuk BRI Agro penambahan modal hanya bergulir secara organik saja.
Namun, kemungkinan pertumbuhan modal tidak akan meningkat deras dalam satu tahun ke depan. Lantaran laba perbankan sedang tergerus karena adanya perlambatan ekonomi akibat pandemi.
Senada, Direktur Kepatuhan PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) Sadhana Priatmadja bilang secara organik, posisi kecukupan modal perseroan masih memadai. Adapun, posisi CAR perseroan saat ini ada di kisaran 19,14%, bila merujuk pada laporan keuangan semester I 2020. Bila seluru target kinerja tahun ini bisa diraih, tentu permodalan Bank BWS bakal ikut menguat.
"Untuk memberi pinjaman, bank tentu butuh tambahan modal baik organik maupun non organik. Tanpa kenaikan modal, bank tidak bisa growth (tumbuh)," pungkas Sadhana.
Selanjutnya: Bunga kredit perbankan secara industri masih turun tipis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News