Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis dompet digital semakin melesat. Hal ini didukung oleh kebiasaan masyarakat menggunakan smartphone saat bertransaksi.
Data yang dihimpun oleh Bank Indonesia menyebutkan, prospek pembayaran digital tercermin dalam peningkatan nilai transaksi uang elektronik pada Agustus 2022 yang tumbuh hingga 43,24% secara tahunan menjadi Rp 35,5 triliun.
Sebagian besar pemain di bisnis dompet digital seperti AstraPay, DANA Indonesia, LinkAja, dan Gopay pun mengalami transaksi yang terus bertumbuh hingga saat ini.
Chief Marketing Officer AstraPay Reny Futsy Yama mengatakan, saat ini AstraPay sudah mencapai hampir 7 juta register user dengan harapan di akhir tahun akan mencapai 7.5 juta.
Baca Juga: Semakin Digemari Masyarakat, Transaksi Keuangan Digital Melesat
AstraPay memiliki kekuatan khusus di bidang transportasi, baik transportasi pribadi maupun umum. "AstraPay terus ekspansi bekerja sama dengan sektor transportasi umum, seperti di TransJatim, TransSemarang, TransJogja, dan di bulan ini kita akan menandatangani kerja sama dengan TransJateng," kata Reny kepada KONTAN, Rabu (9/11).
Pada kuartal II, tingkat penetrasi pengguna GoPay pun mencapai titik tertingginya. 52% dari pengguna ekosistem memanfaatkan GoPay sebagai salah satu metode pembayaran di Tokopedia. Pencapaian tersebut merupakan salah satu bentuk monetisasi perusahaan, di mana konsumen yang menggunakan GoPay di Tokopedia cenderung berbelanja lebih dari dua kali lipat lebih banyak dari konsumen yang menggunakan metode pembayaran lainnya.
Sementara itu, aplikasi dompet digital DANA Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang signifikan sepanjang tahun 2022. Mengutip data.ai (Aplikasi Annie), unduhan aplikasi DANA meningkat di kuartal III 2022 dan menduduki peringkat pertama untuk kategori aplikasi finance (keuangan) di Indonesia, baik di iOS App Store maupun di Google Play.
Chief of Product DANA Indonesia Rangga Wiseno mengatakan, pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan juga dirasakan pada rata-rata jumlah transaksi harian yang kini mencapai 13,5 juta atau meningkat hingga 190% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Kinerja positif yang terjadi di aplikasi DANA mengindikasikan semakin lekatnya kepercayaan masyarakat dengan pemanfaatan dompet digital sebagai solusi kebutuhan harian masa kini dan yang akan datang," kata Rangga kepada KONTAN, Selasa (8/11).
Adapun, DANA mencatat kenaikan setiap bulannya. Jika dibandingkan pada bulan sebelumnya , DANA mencatat kenaikan rata-rata jumlah transaksi mencapai 10%. Pada akhir Oktober 2022, DANA memiliki lebih dari 123 juta pengguna.
Baca Juga: Layanan Keuangan Digital di Indonesia Diperkirakan Naik 13% di Akhir 2022
"Kami percaya jumlah ini masih akan terus meningkat hingga akhir tahun, apalagi dengan terselenggaranya Harbolnas 11.11 sebagai salah satu program andalan DANA," ujarnya.
Rangga optimistis DANA masih akan terus bertumbuh hingga akhir tahun 2022 maupun tahun-tahun berikutnya. "Apalagi mengingat pertumbuhan penetrasi pengguna dompet digital yang terus meningkat di Indonesia," sambungnya.
Mengutip data yang dihimpun oleh Bank Indonesia, prospek pembayaran digital tercermin dalam peningkatan nilai transaksi uang elektronik pada Agustus 2022 lalu, yang tumbuh 43,24% secara tahunan menjadi Rp35,5 triliun.
"Guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, kami akan terus berfokus pada peningkatan pengalaman transaksi digital yang lebih aman, mudah, dan nyaman, serta mengembangkan inovasi fitur dan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna," pungkasnya.
Senada, dompet digital LinkAja juga mengalami progres yang signifikan. Berdasarkan data metrik pengguna LinkAja, kinerja LinkAja di Oktober 2022 mengalami peningkatan pendapatan yang cukup signifikan dibandingkan pada bulan September 2022.
Chief Executive Officer LinkAja Yogi Rizkian Bahar mengatakan, per Oktober 2022, LinkAja telah mencatatkan lebih dari 87 juta pengguna yang terdaftar di platform LinkAja. Pengguna di luar provinsi DKI Jakarta juga memperlihatkan geliat pertumbuhan positif.
"Dilihat dari sisi pendapatan, kami mengalami kenaikan yang cukup signifikan di kisaran 10%-15% dibandingkan dengan bulan sebelumnya," kata Yogi kepada KONTAN Rabu (9/11).
Yogi bilang, penggerak terbesar atas peningkatan didapatkan dari segmen transportasi, setelah LinkAja melakukan kerja sama dengan PT Kereta Commuter Indonesia dan GoJek.
"Pengguna setia (loyal user) LinkAja pun memberikan kontribusi yang besar dalam kenaikan pendapatan ini," sambungnya.
Baca Juga: Layanan Keuangan Digital di Indonesia Diproyeksikan Tumbuh Siginfikan pada 2022
Yogi menambahkan, baik pengguna LinkAja maupun LinkAja Syariah dari segi pengguna bertumbuh positif dengan mengedepankan penggunaan QR Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai salah satu pilihan metode transaksi.
Pertumbuhan ini terbantu melalui giatnya LinkAja dalam mensosialisasikan perluasan penggunaan QRIS pada merchant offline sejak awal bergabung sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP), yang merupakan salah satu implementasi dukungan LinkAja untuk berkontribusi dalam mencapai target Bank Indonesia untuk 45 juta UMKM pengguna QRIS di tahun 2023.
Berdasarkan data internal LinkAja, nilai transaksi QRIS segmen ritel melalui LinkAja tumbuh hingga 600% dibandingkan periode yang sama tahun 2021, diikuti dengan peningkatan jumlah pengguna hingga 280 persen.
"Ke depannya, LinkAja berencana untuk memperluas adopsi layanan keuangan digital, membangun solusi keuangan digital yang komprehensif, dan menyatukan beragam potensi dalam ekosistem BUMN," ujar Yogi.
Baca Juga: BI: Nilai Transaksi Uang Elektronik Melonjak 35,79% di Kuartal III-2022
Yogi menuturkan, LinkAja Syariah juga mencatat kinerja baik dengan pertumbuhan transaksi QRIS, ZISWAF (Zakat, Infaq/Sedekah, dan Wakaf) di lembaga zakat, maupun masjid (segmen non-profit merchants) dengan catatan peningkatan jumlah transaksi hingga lebih dari 50% dan besaran nilai transaksi yang meningkat pesat lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode sama di tahun lalu.
Adapun, di tahun 2022 LinkAja berfokus pada 2 sided business model yang memungkinkan LinkAja untuk memiliki bisnis yang lebih profitable dan sustainable, melalui low cost user, profitable use case, serta rantai pasok end-to-end tradisional dan digital.
"Ekosistem BUMN menjadi key competitive advantage LinkAja, salah satunya melalui digitalisasi rantai pasok tradisional secara end-to-end dari tingkat principal hingga pengecer dengan menyediakan solusi finansial dan penyedia produk digital," pungkas Yogi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News