Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya wabah virus corona (Covid-19) tentu menyebabkan pergeseran interaksi antar manusia, antara lain mengurangi intensitas pertemuan fisik, tatap muka termasuk juga meminimalkan kontak dalam bertransaksi. Hampir sudah pasti, pada momentum seperti sekarang penggunaan digital payment menjadi pilihan transaksi yang paling seksi.
Namun, hal ini berdampak pada menurunnya penggunaan mesin electronic data capture (EDC) yang sebelumnya menjadi layanan yang menjadi andalan masyarakat dalam bertransaksi. Benar saja, Bank Indonesia (BI) mencatatkan misalnya rata-rata transaksi harian melalui EDC di skema Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) tumbuh negatif sejak Februari 2020.
Baca Juga: Bank Mandiri injak gas pembukaan rekening secara online
Catatan BI menggambarkan, per Februari 2020 transaksi EDC turun 7,1% secara month to month (mtm). Nah, penurunan ini terus tereskalasi, pada April 2020 misalnya penurunannya meningkat menjadi 45,5% secara mtm.
Menurut beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id, sejatinya pilihan masyarakat dalam bertransaksi saat ini memang berubah. Apalagi sejak diumumkannya kebijakan belajar di rumah pada 16 Maret 2020 yang diikuti dengan kebijakan work from home (WFH) oleh instansi pemerintah dan swasta. Pembatasan aktivitas di ruang publik pun semakin diperketat dengan larangan mudik yang belum lama ini digaungkan Pemerintah.
Senior Vice President Transaction Banking and Retail Sales PT Bank Mandiri Tbk Thomas Wahyudi bilang kebijakan tersebut memang harus diakui mempengaruhi aktivitas transaksi pada layanan Bank Mandiri. Kendati tak merinci secara spesifik, menurutnya transaksi pada merchant fisik melalui mesin EDC memang cenderung menurun. Tapi ada juga perubahan tren, semisal di sektor perbelanjaan ritel (supermarket) transaksi EDC memang menurun tapi volumenya meningkat.
"Untuk transaksi di EDC ada yang menurun jumlah transaksinya dan volumenya, seperti hotel, restoran dan hiburan (entertainment)," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (4/5).
Baca Juga: Bareskrim belum tahan tersangka kasus Koperasi Simpan Pinjam Indosurya
Tapi kabar baiknya, Thomas menuturkan transaksi digital seperti Mandiri Online malah meningkat signifikan. Tercatat per Maret 2020 total transaksi telah mencapai 120 juta transaksi dengan kenaikan lebih dari 70% secara year on year (yoy).
Bank berlogo pita emas ini tentu memanfaatkan momentum ini dengan mendorong transaksi digital nasabahnya. Bagaimana tidak, per kuartal I 2020 walau digempur pandemi total fee based income (FBI) Bank Mandiri masih naik 10% berkat fee transaksi.
Bank juga seakan tidak kehabisan akal menemukan ceruk bisnis baru. Misalnya dengan mengalihkan metode transaksi dari penggunaan mesin EDC ke e-commerce, dan percepatan implementasi merchant-merchant online dalam rangka menggenjot transaksi e-commerce.
Sementara itu, General Manager Divisi E-Banking PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Sri Indira bilang walau benar transaksi EDC cenderung menurun di beberapa sektor, jumlah transaksi bisnis merchant BNI faktanya masih meningkat sebesar 10% secara yoy.
Baca Juga: Jabatan Deputi Gubernur BI Erwin Riyanto berakhir Juni, ini 3 kandidat penggantinya
Hal ini merupakan hasil dari upaya BNI untuk mengalihkan merchant offline ke online, serta menggalakkan penyediaan EDC mobile dan fokus masuk ke transaksi perbelanjaan, departement store dan sejenisnya. "Hasilnya, dari mobile banking terjadi kenaikan 44% yoy dan nominal transaksi 81% yoy," ungkap Sri.
Menurutnya, tren penurunan transaksi di EDC ini telah sebelumnya dikaji oleh perbankan. Benar saja, mayoritas bank besar memang dalam beberapa periode terakhir cenderung lebih aktif meningkatkan transaksi mobile banking.
Sementara itu, menurut Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Lani Darmawan rata-rata transaksi EDC memang menurun sekitar 50% sejak pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dibandingkan pada kondisi normal. "Transaksi mobile banking meningkat, tapi dengan PSBB dan pembatasan wilayah transaksi EDC juga menurun drastis," tegasnya.
Baca Juga: Likuiditas ketat, Moody's pangkas outlook Tunas Baru Lampung (TBLA) jadi negatif
Misalnya saja, aplikasi mobile banking CIMB Niaga tercatat naik 35%. Pun, metode pemasaran transaksi saat ini memang lebih banyak terdapat pada aplikasi digital, dan transaksi online ketimbang fisik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News