kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Upaya Perbankan Penuhi Kebutuhan Talenta Digital di Tengah Tingginya Persaingan


Rabu, 10 Agustus 2022 / 10:38 WIB
Upaya Perbankan Penuhi Kebutuhan Talenta Digital di Tengah Tingginya Persaingan
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi melalui atm di Jakarta,


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hirup pikuk transformasi digital yang terjadi di hampir seluruh sektor bisnis di Tanah Air membuat permintaan akan talenta digital semakin tinggi. Kebutuhan belum sebanding dengan supply yang tersedia, membuat persaingan untuk mendapatkan talenta digital cukup tinggi.

Industri perbankan merupakan salah satu punya kebutuhan talenta digital tinggi. Teknologi sudah menjadi core bisnis pada perbankan dalam melayani kebutuhan nasabah saat ini.

Untuk itu, diperlukan banyak Sumber Daya Manusia (SDM) yang betul-betul mengerti teknologi agar pondasi digiotalisasinya kuat.

Untuk mendapatkan talenta digital saat ini bukan hal mudah bagi bank mengingat persaiangan yang cukup tinggi. Apalagi perusahaan fintech maupun startup lainnya berani memberikan gaji yang tinggi untuk menarik SDM IT.

Baca Juga: Pemasaran Digital, Solusi UMKM Tingkatkan Pendapatan Pasca Pandemi

Sejumlah bank mengaku masih kekurangan talenta digital saat ini. Salah satunya PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Per Juni 2022, SDM IT di bank swasta terbesar ini hampir mencapai 1.500. Jumlah ini sudah melebihi karyawan dalam satu kanwil di BCA.

Lianawaty Suwono Direktur Kepatuhan BCA mengatakan, talenta digital BCA masih kurang. Tahun ini, BCA masih akan melakukan perekrutan baru sehingga pada akhir tahun bisa mendekati 2.000 dan pada akhir 2023 bisa mencapai lebih dari 2.000 orang.

"Talenta digital di BCA selalu kurang. Perkembangan digital bukan hanya ada di industri perbankan. Sementara di perbankan kebutuhan IT sangat luar biasa untuk bisa mendampingi semua pelaku usaha dan maayarakat dalam bertransaksi. Oleh karena itu, kita harus siapkan SDM yang mengerti teknologi agar fondasi digotalisasi kuat," katanya saat ditemui di BSD, Tangerang Selatan, Selasa (9/8).

Ke depan, lanjutnya, kebutuhan talenta digital akan terus bertambah. Dalam lima tahun ke depan, BCA memperkirakan kebutuhan talenta digital di BCA akan mencapai sekitar 4.000- 5.000.

Adapun skill yang dibutuhkan BCA untuk talenta digital beragam karena menurut Liana lingkup IT itu luas sekali. Skill itu tidak hanya terbatas pada pemograman yang terkait dengan cloud dan teknologi, tetapi juga digital communication, digital networking, data analyst, dan lain-lain.

"Banyak sekali varian skill talenta IT dan semua itu dibutuhkan karena merupakan satu kesatuan. Produk bagus yang dikembangkan harus bisa dipastikan bisa diterima masyarakat luas, bisa berjalan stabil dan bisa diandalkan. Untuk itu harus kami harus punya communication infrastructure," jelas Liana.

Baca Juga: Bangun Startup yang Sehat Butuh Ekosistem Digital Kuat

Liana mengatakan, pemenuhan kebutuhan digital sebagian besar akan dilakukan secara organik dengan mendidik para lulusan muda dari awal. Akuisisi dari talenta berpengalaman hanya dilakukan untuk fungsi-fungsi tertentu di sesuaikan dengan perkembangan teknologi.

Ia bilang, BCA pada dasarnya lebih suka merekrut dan mendidik lulusan baru karena pada dasarnya mendidik itu mudah asalkan individunya tekun, mau belajar, serta bisa berkerjasama dan membangun hubungan dengan tim maupun fungsi-fungsi yang lain.

Liana mengakui bahwa turnover atau keluar masuk karyawan IT merupakan tantangan yang besar bagi perbankan saat ini. Namun, ia mengklaim bahwa turnover SDM digital BCA saat ini jauh lebih rendah dari industri.

Adapun cara BCA untuk mencegah tingginya turnover adalah dengan memberikan lingkungan kerja yang nyaman, memberikan ruang untuk bebas melakukan inovasi, memberikan jenjang karir yang jelas, dan remunerasi yang kompetitif.

"Remunerasi bukan satu-satunya faktor untuk mempertahkan SDM IT itu. Kami memperhatian seluruh aspek hidup karyawan. Kami juga memiliki perkumpulan hobi sebagai wadah bagi karyawan untuk bersosialisasi dan menyalurkan hobinya. Anggaran untuk itu tidaklah sedikit," kata Liana.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengakui bahwa pemenuhan talenta digital saat ini masih ada kendala. Salah satunya karena ada gap adantar kebutuhan dan pasokan, menurut Andi Nirwoto Direktur Teknologi Informasi BTN. Lalu, lulusan baru juga tidak semua siap kerja dan masih perlu pengembangan.

Baca Juga: BCA Jadi Jawara dalam Transaksi Digital di Kanal Mobile Banking di Semester I-2022

Namun, kendala itu menurutnya, masih bisa diatasi dengan menjalin kerjasama B2B dengan penyedia SMD digital. Oleh karena itu, BTN melakukan strategi kombinasi dalam pemenuhan SDM IT yakni dengan perekrutan lulusan baru lewat program office development, akuisisi talenta berpengalaman, dan  melakukan partnership B2B.

Secara umum, BTN melakukan perekrutan lulusan baru dan akuisisi talenta berpengalaman sekitar 40-50 per tahun. "Namun,kebutuhan ini tentunya dinamis sejalan dengan kebutuhan bisnis dan strategi perusahaan. Itu akan terus kami review," kata Andi.

Untuk mencegah tingginya turnover, Andi bilang, BTN selalu memperhatikan beberapa aspek, mulai dari benefit yang kompetitif serta menghadirkan lingkungan kerja yang nyaman dan memberikan kesempatan bagi talenta mengembangkan diri.

Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengakui bahwa kebutuhan akan talenta digital semakin tinggi. Oleh karena itu, penyiapan talenta digital dilakukan secara berkesinambungan agar terus relevan dengan perkembangan kebutuhan industri.

"Untuk mendapatkan kandidat terbaik dan mengembangkan talenta, secara khusus BRI membentuk BRILiaN Development Centre dalam mengawal penyiapan sistem dan digitalisasi proses bagi pekerja," kata Aestika Oryza Gunarto Sekretraris Perusahaan BRI. Namun, Aestika tidak merinci berapa jumlah talenta digital BRI saat ini dan berapa kebutuhan bank pelat merah ini ke depannya.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan memandang bahwa perbankan merupakan sektor yang paling terdepan dalam mempertahankan talenta digitalnya saat ini.

Pasalnya, bank berupaya memberikan benefit dan kenyamanan bagi SDMnya untuk tetap bertahan mengingat IT saat ini sudah menjadi core dalam bisnis perbankan.

"Sekarang gaji bukan lagi faktor utama untuk memenuhi kebutuhan talenta digital. Percuma saja ada perusahaan yang kasih gaji tinggi tetapi keberlanjutan perusahaan itu belum jelas. Kita melihat banyak startup yang gulung tikar. Itu juga sudah jadi pertimbangan penting bagi talenta digital dalam memilih perusahaan," jelasnya.

Selain itu, lanjutnya, lingkungan kerja yang nyaman dan memberikan kesempatan yang luas bagi karyawan itu mengembangkan diri bisa membantu alasan talenta digital untuk tetap bertahan di satu perusahaan.

Baca Juga: Tak Agresif, DPK Valas BTN Hanya Sumbang 1,21% dari Total Dana Pihak Ketiga

Menurutnya, perbankan, terutama bank besar, telah memenuhi hal-hal tersebut.

Trioksa melihat bahwa perbankan mau mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan talenta digital yang bagus. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa perbankan tidak akan sulit mendapatkan talenta digital.

Ia menambahkan, strategi yang tetap bagi perbankan dalam melakukan perekrutan talenta digital adalah mengakuisisi talenta yang sudah berpengalaman untuk posisi managemen middle up.

"Seperti halnya yang sudah dilakukan BRI denagn merekrut orang-orang berpengalaman dari Google," katanya. Sementara untuk posisi bawah, menurutnya, perbankan lebih baik mendidik lulusan baru dari awal lewat program management trainee.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×