Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, perseroan juga akan memperkuat portofolio pembiayaan hijau (green financing) di sektor energi terbarukan, pertanian, dan UMKM berkelanjutan.
“Kami mulai dengan porsi sekitar 10% dari total pembiayaan, dan dalam lima tahun ke depan ditargetkan naik di atas 25%. Prinsipnya, bukan sekadar green label, tapi benar-benar berdampak,” tegas Pandji.
CIMB Niaga Syariah juga menargetkan asetnya dapat tumbuh dua kali lipat dari posisi saat ini yang sekitar Rp 70 triliun menjadi lebih dari Rp 100 triliun pada 2030.
Pertumbuhan ini akan ditopang oleh ekspansi di segmen ritel dan SME, inovasi digital, serta sinergi dengan CIMB Group Malaysia yang selama ini telah memiliki pengalaman sukses melalui CIMB Islamic.
Baca Juga: Adu Taji BTN Syariah dan CIMB Niaga Syariah Menjadi Bank Syariah Terbesar Kedua
“CIMB Group sangat mendukung langkah ini. Mereka bahkan mendorong agar spin-off dipercepat. Kita akan belajar banyak dari keberhasilan CIMB Islamic di Malaysia,” ungkap Pandji.
Lebih jauh, Pandji menegaskan bahwa CIMB Niaga Syariah ingin tampil sebagai bank syariah yang relevan bagi masyarakat modern, bukan sekadar lembaga keuangan dengan label halal.
“Kami ingin menunjukkan bahwa bank syariah itu efisien, digital, ramah, dan solutif. Mudah-mudahan keberadaannya membawa keberkahan, tidak hanya bagi nasabah, tapi juga untuk perekonomian umat secara keseluruhan,” tutup Pandji.
Selanjutnya: Masa Penawaran ORI028 Ditutup, Bagaimana Prospek SBN Ritel Berikutnya?
Menarik Dibaca: 8 Rahasia Desainer Membuat Kamar Tidur Kecil Terasa Mewah dan Lapang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News