Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Sedikti berbeda, PT Bank Mayapada Tbk justru mengatakan LFR per kuartal I 2020 sangat longgar yakni di level 80%. Direktur Bank Mayapada Andreas Wiryanto memandang, dalam kondisi seperti sekarang kemungkinan besar LFR bakalan stabil.
Sebab, perseroan memang hanya mematok kredit tumbuh moderat dan sangat selektif lantaran risiko yang meningkat. Lagipula, dari sisi likuiditas untuk jangka pendek ini belum akan ada kendala. Menurutnya, Bank Indonesia (BI) telah menetapkan pelonggaran moneter melalui instrumen kuantitas antara lain dengan tidak memberlakukan kewajiban tambahan giro untuk pemenuhan LFR selama 1 tahun.
Baca Juga: Pemain baru, Startech Gadai Hastadharana kantongi izin usaha dari OJK
Melihat banyaknya stimulus yang diberikan oleh bank sentral, bank milik taipan ini optimis pendanaan masih akan aman. "Kami lebih fokus meningkatkan pendanaan ritel dan tetap menjaga biaya dana sesuai perkembangan pasar," ungkapnya.
Sekadar informasi saja, BI mencatat per Maret 2020 total dana pihak ketiga (DPK) perbankan telah menyentuh Rp 5.979,3 triliun. Kendati pada pertengahan Maret 2020 penerapan work from home (WFH) dan sekolah dari rumah diberlakukan, nyatanya DPK masih tumbuh 9,6% secara yoy. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya naik 9,6%.
Kalau dirinci, utamanya peningkatan ini disebabkan oleh dana giro yang melejit naik 23,5% yoy per Maret 2020 dan tabungan yang naik 10,2%. Sementara itu, dana mahal atau deposito justru tumbuh melambat dari 4,5% yoy per Februari 2020 menjadi 2,5% secara tahunan di bulan Maret 2020.
Baca Juga: Lakukan empat pelanggaran, OJK batasi kegiatan usaha Jakarta Inti Bersama
Di samping itu, data BI menunjukkan peningkatan DPK valas cukup signifikan per Maret 2020 sebanyak 17,1% yoy menjadi Rp 911,2 triliun. Jauh lebih tinggi dari bulan Februari 2020 yang hanya naik 7,1% secara yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News