kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Walau meningkat, bankir yakin NPL masih bisa dijaga


Selasa, 15 September 2020 / 18:42 WIB
Walau meningkat, bankir yakin NPL masih bisa dijaga
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di Bank Central Asia (BCA) BSD Tangerang Selatan, Jumat (3/4). Bank Central Asia Tbk akan menunggu sampai Juni atau semester I/2020 berakhir untuk melakukan revisi rencana bisnis bank (RBB). Hal tersebut dilakukan untu


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam masa pandemi Covid-19, tingkat kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) terus mengalami peningkatan. Hal ini tentunya sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi sekaligus melemahnya kemampuan membayar debitur. 

Walhasil, perbankan pun harus memutar otak untuk memastikan rasio NPL tetap dalam batas aman. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) rasio NPL sejatinya masih bisa terjaga rendah walau terjadi kenaikan. 

Tercatat per Juli 2020, posisi NPL secara industri ada di level 3,22%. Meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 3,11%. Pun, peningkatan NPl terjadi di seluruh jenis kelompok (BUKU) perbankan. Bank raksasa yakni BUKU IV misalnya sudah mencatatkan NPL menembus 3,09% di bulan Juli 2020. Kemudian BUKU I dan II punya NPL paling tinggi yakni di level 3,87%. 

Baca Juga: Wah, kredit bank daerah bisa tumbuh lebih tinggi dari rata-rata industri

Sementara NPL dengan laju peningkatan tertinggi, terjadi di kelompok BUKU III yang telah naik 16 bps dalam kurun waktu satu bulan menjadi 3,19% per Juli 2020. Tentunya, posisi NPL secara industri ini bisa saja ada di level yang lebih tinggi. 

Namun, sejalan dengan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Peraturan OJK Nomor 11 tahun 2020, seluru debitur yang terdampak Covid-19 diperkenankan untuk tetap ada di kolektibilitas 1 alias masuk kategori lancar (Performing Loan). Untuk kemudian di restrukturisasi. 

Hasilnya, per Juli 2020 tingkat restrukturisasi pun meningkat drastis. Data OJK menunjukkan jumlah kredit yang direstrukturisasi per 18 Agustus 2020 dari 100 bank sudah mencapai Rp 857 triliun. Lewat kebijakan ini tentu membuat tingkat restrukturisasi meningkat tinggi sebanyak 239% secara year on year (yoy) per Juli 2020. Kemudian, loan at risk (LaR) pun ikut naik menjadi 117% pada periode yang sama secara yoy. 

Kabar baiknya, perbankan sudah sejak awal pandemi Covid-19 menyiapkan strategi untuk tetap menjaga NPL di batas aman sampai akhir tahun. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang per Semester I 2020 mencatat NPL di level 2,1%. Meningkat 0,7% dari periode setahun sebelumnya. 

Baca Juga: Belum bisa beri kepastian soal nasib klaim nasabah, ini penjelasan Wanaartha Life

Tetapi, Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menyebut, pihaknya sudah menyiapkan pencadangan cukup besar yakni mencapai 204,5% dari total kredit bermasalah. "Perseroan mengandalkan program restrukturisasi untuk menahan kenaikan NPL pada tahun ini. Kami mencermati bahwa program ini berdampak signifikan terhadap upaya pengelolaan kualitas kredit perseroan," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (15/9). 

Dia juga mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk menjaga NPL tetap ada di level aman. Sayangnya, Vera tidak merinci target NPL di tahun ini. Bank swasta terbesar di Tanah Air ini hanya menyebut per Juni 2020 pihaknya sudah merestrukturisasi 12% dari total portofolio kredit perseroan. Dengan total pengajuan restrukturisasi dari  sebanyak 118 ribu debitur atau sekitar 20% dari total kredit.  

Sampai dengan penghujung tahun ini, kemungkinan jumlah itu akan meningkat menjadi sekitar 20%-30% dari total portofolio kredit. "Kami melihat adanya kemungkinan peningkatan kredit yang direstrukturisasi hingga 20-30% dari total portofolio kredit, yang berasal dari 200.000-250.000 nasabah," katanya. 

Kemudian, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengatakan pihaknya optimis NPL bisa terjaga sesuai target tahun ini. Direktur Bank BTN Nixon Napitupulu menyebut targetnya tahun ini NPL BTN bisa bertengger di level 4,5%. Alih-alih untuk mengantisipasi risiko kredit, perseroan juga sudah mengalokasikan pencadangan hingga 105% sampai akhir tahun. "September kita ekspektasi bisa 4,5%. Posisi NPL sekarang sudah turun dari posisi akhir Desember 2020 lalu," ujar Nixon. 

Itu artinya, posisi NPL BTN telah menyusut dari periode Juni 2020 yang sempat menyentuh 4,71%. Sekaligus telah menyusut dari periode akhir 2019 sebesar 4,78%. Untuk memitigasi risiko, bank spesialis kredit perumahan ini lebih selektif dalam memberikan kredit, termasuk terus mendorong restrukturisasi kredit bermasalah. 

Kemudian, bank di kelompok BUKU II walau punya NPL paling tinggi di industri nampaknya sudah lebih waspada. Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) Daniel Budirahayu bahkan menyebut pihaknya memilih untuk mengerem laju kredit, demi menjaga NPL. "Sementara ini pelepasan kredit untuk investasi kami tahan, dan untuk kredit modal kerja kami selektif. Untuk menjaga NPL terkendali kami terus monitor debitur," terang Daniel. 

Baca Juga: Kookmin siap bentuk konglomerasi keuangan

Menurut catatannya, per Agustus 2020 posisi NPL ada di level 1,7%. Pun, sampai akhir tahun bahkan hingga Maret 2021, Daniel optimis NPL Bank Ina akan tetap stabil. Hal ini tentu sejalan dengan adanya rencana perpanjang program restrukturisasi kredit oleh OJK dari akhir 2020 menjadi Maret 2021. "Saat ini restrukturisasi sudah tidak ada lagi pengajuan, seharusnya puncaknya sudah lewat," tambahnya. 

Begitu juga dengan PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) yang yakin NPL masih terkendali. Direktur Utama Bank Mantap Josephus K. Triprakoso bilang di awal Semester II 2020 NPL perseroan ada di angkat 0,9%. "Memang ada sedikit peningkatan dibandingkan rata-rata NPL tahun lalu di kisaran 0,63%," katanya. 

Menurutnya, kebijakan program restrukturisasi dari pemerintah harus diakui sangat membantu perbankan untuk menahan laju NPL. "Kami proyeksikan sepanjang kebijakan dapat terimplementasi dengan baik maka rasio NPL masih dapat terjaga sampai dengan akhir tahun namun harus diiringi dengan penguatan pencadangan yang ada di masing-masing bank," tegasnya. 

Baca Juga: Sah! Tiga direksi Bank Tabungan Negara (BBTN) lolos fit and proper OJK

Pun, perbankan sudah punya mitigasi yang cukup kuat. Antara lain dengan mengerem kredit ke sektor-sektor yang tentunya mengalami perlambatan seperti pariwisata, hotel, restoran dan travel. 

Saat ini Bank Mantap juga melakukan program-program untuk percepatan perbaikan kredit bermasalah melalui restru diantaranya adalah program pemberian keringanan bunga/denda untuk debitur. Perseroan pun melakukan pemantauan secara periodik untuk seluruh debitur yang dilakukan restru atas usahanya yang terdampak Covid-19. "Diharapkan dengan program-program tersebut dapat menjaga rasio NPL tetap dapat terjaga sampai dengan akhir tahun nanti," pungkas Josephus. 

Selanjutnya: Bank Permata lengkapi mobile banking dengan fitur digital token

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×