Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Asuransi umum menghadapi dua tantangan besar tahun depan. Mereka tak cuma harus memenuhi ketentuan modal minimum. Pebisnis asuransi juga harus pintar-pintar mencari peluang di saat pasar lesu.
Pengurus asosiasi asuransi umum masih optimistis para anggotanya mampu melalui ekonomi yang kurang darah di tahun depan. "Sewaktu krisis moneter 1997-1998 saja, kebanyakan asuransi umum di Indonesia mampu bertahan," ujar Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Kornelius Simanjuntak.
Tahun depan, banyak orang yang memprediksikan imbas krisis keuangan global masih terasa. Kegiatan ekspor bakal turun karena pasar global masih bakal sepi. Dampaknya bagi perusahaan asuransi umum adalah mereka tak bisa menggeber penjualan produk perlindungan, seperti asuransi marine cargo, kepada eksportir.
Ekonomi global juga diyakini berbuntut ke pasar dalam negeri. Jika pasar dunia ekonomi lemas, tentu ekonomi Indonesia ikut tertular. Pertumbuhan bakal lebih pelan dan daya beli masyarakat bisa terpangkas.
Penjualan kendaraan bisa dipastikan bakal ikut melata. Jika penjualan kendaraan baru merosot, tentu premi asuransi kerugian kendaraan juga ikut melandai.
Untung bagi industri asuransi umum, tak semua pasar lokal tergerus. Tahun depan, negeri ini menghadapi pemilihan umum. Di ajang itu, kebutuhan rasa aman masyarakat biasanya meningkat. "Jadi produk perlindungan properti atau kendaraan masih tetap tinggi," ujar Direktur Utama PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. Sunyata Wangsadharma.
Perusahaan asuransi umum juga berharap dari proyek anggaran pemerintah. Menjelang akhir tahun, pemerintah berkomitmen menggulirkan anggaran pembangunan infrastruktur. Proyek-proyek semacam ini biasanya membutuhkan asuransi, baik berupa asuransi proyek ataupun asuransi kerugian.
Peluang di pasar domestik yang menjadi alasan pengelola perusahaan asuransi optimistis premi masih tumbuh. Kisaran target pertumbuhan premi bervariasi, hingga 40%. Namun kebanyakan perusahaan asuransi hanya mematok target pertumbuhan premi 10%.
Selain harus jeli melihat peluang, tahun depan perusahaan asuransi juga perlu pintar-pintar mengelola klaim. Badan Meteorologi dan Geofisika sudah meramal curah hujan akan kembali tinggi di Januari-Februari. "Perusahaan asuransi perlu mencermati kenaikan klaim," ujar Kepala Biro Perasuransian Isa Rachmatawarta.
Klaim juga bisa melonjak, jika penyelenggaraan pemilu berlangsung panas. "Mempertimbangkan iklim saja, potensi klaim tahun depan bakal lebih tinggi," tutur Isa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News