Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menilai prospek produk asuransi jiwa berbasis investasi atau unit link (PAYDI) masih menjanjikan hingga akhir 2025, meskipun kinerjanya pada paruh pertama tahun ini masih tertekan.
Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu mengatakan, data hingga kuartal III-2025 masih dalam proses pengumpulan. Namun, berdasarkan hasil sementara di semester I-2025, pendapatan premi dari produk unit link tercatat sebesar Rp32,4 triliun, turun 11,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski mencatat kontraksi, Togar menyebut industri tetap optimistis kinerja unitlink akan membaik pada paruh kedua tahun ini, seiring dengan sejumlah faktor pendukung seperti peningkatan literasi keuangan, regulasi baru, dan inovasi produk yang lebih sesuai kebutuhan nasabah.
Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Masih Optimistis Target Dana Kelolaan Rp 1.000 Triliun di 2026
“AAJI tetap optimis prospek PAYDI akan terus membaik di tahun 2025,” ujar Togar kepada Kontan, Jumat (24/10/2025).
Togar menjelaskan, beberapa perusahaan asuransi jiwa mulai menghadirkan produk unit link dengan struktur biaya yang lebih efisien serta fitur yang lebih sederhana. Langkah ini diharapkan mampu menarik kembali minat masyarakat terhadap PAYDI yang selama ini dianggap kompleks dan mahal.
“Kami juga mendorong perusahaan asuransi untuk terus menghadirkan produk unitlink dengan struktur biaya yang lebih kompetitif dan fitur yang lebih sederhana agar tetap terjangkau namun tidak mengurangi manfaat proteksi,” tuturnya.
Menurut Togar, fleksibilitas unitlink dalam menyesuaikan portofolio investasi dengan kondisi pasar masih menjadi nilai tambah yang membuat produk ini relevan. Bagi nasabah dengan profil risiko moderat hingga agresif, unitlink tetap menawarkan keseimbangan antara proteksi dan potensi pertumbuhan investasi.
Kendati demikian, industri asuransi jiwa juga perlu terus memperbaiki kepercayaan publik terhadap unit link, khususnya setelah berbagai isu masa lalu yang menimbulkan persepsi negatif. Upaya peningkatan transparansi, literasi, serta tata kelola menjadi kunci untuk memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang produk ini.
“Baik unitlink maupun produk tradisional memiliki peran yang saling melengkapi. Yang paling penting, masyarakat memperoleh perlindungan jiwa sesuai kebutuhan dan kemampuan mereka,” lanjutnya.
Baca Juga: Tren Peralihan Nasabah ke Produk Tradisional Berdampak Positif bagi Prudential
Selanjutnya: BPJS Ketenagakerjaan Masih Optimistis Target Dana Kelolaan Rp 1.000 Triliun di 2026
Menarik Dibaca: IHSG Diperkirakan Terkoreksi, Ini Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (27/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













