Reporter: Ferry Saputra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) memproyeksikan industri dana pensiun kemungkinan besar masih akan berinvestasi pada instrumen yang aman ke depannya. Khususnya, pada instrumen pendapatan tetap atau fixed income, seperti Surat Berharga Negara (SBN), obligasi korporasi, dan deposito berjangka.
Staf Ahli ADPI Bambang Sri Mulyadi berpendapat industri dana pensiun yang masih akan memilih instrumen pendapatan tetap tak terlepas dari masih tingginya volatilitas pasar modal Indonesia.
"Oleh karena itu, kondisinya belum memungkinkan untuk meningkatkan portofolio pada saham karena risiko masih cukup tinggi," kata Bambang kepada Kontan, Selasa (8/7).
Baca Juga: Aset Dana Pensiun Indonesia Mencapai Rp 1.572 Triliun, Tumbuh 9,20% per Mei 2025
Lebih lanjut, Bambang mengatakan penempatan investasi terbesar industri dana pensiun masih berada di instrumen SBN dengan porsi 37%, obligasi korporasi sebesar 15%. Dengan demikian, total penempatan investasi di instrumen obligasi dan SBN sebesar 52% per Mei 2025.
Sisanya, dia bilang industri dana pensiun menaruh investasi di instrumen deposito berjangka sebesar 23%, lalu saham 6%, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar 4,5%, reksadana sebesar 2,7%, penempatan langsung sebesar 3,65%, serta instrumen properti 4,36%.
Adapun data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, jumlah investasi dana pensiun sebesar Rp 378,67 triliun per Mei 2025. Nilai itu meningkat 5,4%, jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 359,40 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News