kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agen Laku Pandai di Indonesia masih ekslusif


Senin, 04 Desember 2017 / 17:43 WIB
Agen Laku Pandai di Indonesia masih ekslusif


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga riset inklusi keuangan MicroSave dalam analisisnya menyatakan sejumlah regulasi terkait model keagenan di Indonesia masih memiliki prinsip ekslusivitas.

Senior Manager Digital Financial Service MicroSave Raunak Kapoor mengatakan, Indonesia memiliki agen ekslusif terbesar alias 97% dibandingkan dengan negara lain.

Artinya, setiap agen Laku Pandai yang ada di Indonesia membawa nama bank tersendiri. Lewat survei yang dilakukan kepada 1.300 agen, sebanyak 33% menyampaikan bahwa agen Laku Pandai menginginkan untuk menjadi agen dari bank atau provider keuangan digital yang lain.

"Hanya saja, sebagian besar agen tidak mengetahui adanya regulasi yang tidak memperbolehkan mereka menjadi agen lebih dari satu bank," ujarnya di Jakarta, Senin (4/12).

Adapun, survei yang dilakukan MicroSave juga menunjukan poin lain bahwa 96% dari agen di Indonesia adalah agen non-dedikasi alias agen yang memiliki usaha lain selain sebagai agen jasa keuangan digital sebagai sumber penghasilannya. Sementara agen dedikasi tercatat hanya mampu mencapai 38% dari total break even dalam usahanya.

Survei ini menunjukan bahwa rata-rata agen non-dedikasi mampu mendapatkan profit lebih tinggi dibandingkan agen dedikasi. Selain itu, MicroSave juga menyebut bahwa rata-rata agen di Indonesia melakukan empat transaksi per hari, sedangkan agen-agen di daerah Jabodetabek mammpu melakukan rata-rata transaksi 10 transaksi per hari.

Menurut Raunak, ekpansi jaringan agen yang kurang ditambah dengan volume transaksi yang rendah lah menjadi penyebab profitabilitas agen menjadi rendah.

"Dari hasil penemuan selama survei, lebih dari seperempat agen di Indonesia (26%) justru mengalami kerugian atau bahkan tidak mampu mencapai break even point dari usahanya," tambahnya.

Kendati tingkat profitabilitasnya rendah, mayoritas agen (91%) menyatakan mereka tetap optimis dan berharap dapat menjadi agen jasa keuangan di masa mendatang.

Secara terpisah, Eko Ariantoro, Direktur Pengembangan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pihaknya akan mengkaji riset-riset yang dilakukan MicroSave guna mengembangkan potensi Laku Pandai di Indonesia.

Adapun, beberapa usulan dari MicroSave yang dijabarkan untuk regulator antara lain mempermudah aturan Know Your Customer (KUC) melalui sistem integrasi kartu tanda penduduk (KTP), menyamaratakan kebijakan antar penyedia jasa Laku Pandai, relaksasi aturan ekslusifitas agen, meningkatkan transparansi antar agen serta meningkatkan keingintahuan masyarakat.

Meski begitu, terkait aturan ekslusifitas OJK menilai hal ini agak berat untuk dilakukan lantaran tiap bank memiliki kriteria tersendiri segmen pasarnya.

"Kami akan kaji usulan dan riset ini, terutama kami akan lebih gencar kampanye soal Laku Pandai ini di tahun depan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×