Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
MALANG. Bank Mandiri masih optimis level kredit bermasalah alias NPL berada di bawah 3% pada akhir tahun ini. Proyeksi tersebut berdasarkan hasil stress test yang dilakukan seiring pelemahan rupiah dan kondisi ekonomi terkini.
Menurut Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, kondisi ekonomi Indonesia masih akan dipengaruhi global, terutama soal bunga The Fed, harga komoditas, dan devaluasi Yuan. "Apalagi isu pelemahan rupiah juga masih kuat," terang Kartika, Jumat (11/9).
Kondisi tersebut pun membuat dilema bagi Bank Indonesia dalam menetapkan BI rate. Kartika berpendapat, jika BI rate turun dan bunga The Fed naik maka Dollar akan kembali menguat.
Padahal, kata Kartika, secara fundamental BI rate bisa turun. "Tapi, karena sekarang isunya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, maka BI rate sulit turun," imbuh Kartika.
Nah, untuk mengatasi potensi peningkatan kredit bermasalah, Kartika menegaskan, Bank Mandiri mengandalkan restrukturisasi. Restrukturisasi ini, bahkan dilakukan saat tingkat kolektabilitas masih pada level 1 atau lancar.
Sebelumnya, Budi Gunadi Sadiki, Direktur Utama Bank Mandiri menyampaikan, pihaknya telah melakukan restrukturisasi kredit hingga Rp 20 triliun. "Rp 10 triliun dilakukan di tahun ini, sisanya merupakan kredit yang lama," ucap Budi.
Per Juni, NPL gross Bank Mandiri naik 0,2% jadi 2% dari sebelumnya 1,77%. Sementara NPL nett bank berlogo pita emas ini menyentuh angka 0,63% dari 0,47%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News