Reporter: Ferry Saputra | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending tampaknya melirik multifinance sebagai upaya untuk melebarkan bisnis.
Salah satunya dilakukan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) yang merupakan bagian dari PT Amartha Nusantara Raya, melakukan akuisisi PT Bosowa Multi Finance.
Mengenai hal itu, Founder dan CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra sempat mengatakan adanya akuisisi multifinance tersebut merupakan salah satu strategi dalam memperluas cakupan bisnis dengan tetap mempertahankan fokus pada pelayanan pelanggan.
Baca Juga: Ini Tujuan Group Modalku Mengakuisisi Multifinance
“Memang multifinance itu one of the license, sehingga kami ada aspirasi punya beragam produk, beragam segmen yang dilayani. Selain itu, kami berupaya melayani mereka dengan lebih baik, serta fokusnya tetap ke end user, tetap ke customer,” kata Taufan kepada Kontan.co.id, Selasa (26/11).
Selain itu, Taufan mengatakan bahwa membangun produk yang relevan dengan kebutuhan pelanggan dan mitra adalah hal yang penting. Pasalnya, langkah tersebut didukung oleh diversifikasi lisensi bisnis agar dapat memenuhi kebutuhan di berbagai segmen yang dilayani oleh Amartha.
Taufan bilang fokus utama Amartha akan tetap berada pada segmen produktif. Sebab, dia menyebut potensi pada sektor tersebut masih cukup besar.
Baca Juga: Fintech Lending Akuisisi Multifinance untuk Kembangkan Layanan Buy Now Pay Later
Sementara itu, VP of Public Relations Amartha Harumi Supit menyampaikan Amartha terus berkembang untuk fokus melayani UMKM akar rumput melalui layanan keuangan digital yang makin komprehensif, serta pendampingan usaha oleh tenaga lapangan terlatih.
"Oleh karena itu, Amartha terus mengeksplorasi peluang untuk memperluas cakupan layanan dan manfaat bagi customer, dalam rangka memajukan segmen akar rumput di perdesaan," ujarnya kepada Kontan, Kamis (5/12).
Selain Amartha, Group Modalku juga mengakuisisi multifinance untuk mengembangkan bisnis perusahaan. Diketahui, Grup Modalku mengakuisisi PT Buana Sejahtera Multidana pada 2022, kini berubah nama menjadi PT Modalku Finansial Indonesia (Modalku Finance).
Mengenai hal itu, Country Head Modalku Indonesia Arthur Adisusanto menyampaikan akuisisi multifinance menjadi langkah strategis Group Modalku untuk menjawab kebutuhan pendanaan yang makin beragam bagi UMKM di Indonesia.
Baca Juga: Daftar 97 Pinjol Resmi OJK Terbaru, Berlaku Per Desember 2024
"Dengan batasan pendanaan maksimal Rp 2 miliar (penyaluran pinjaman fintech lending), Modalku melihat adanya celah pasar yang signifikan untuk UMKM yang membutuhkan modal lebih besar guna mendukung pertumbuhan bisnis mereka," ujarnya kepada Kontan, Kamis (5/12).
Melalui akuisisi itu, Arthur menerangkan Modalku juga bisa memberikan solusi pembiayaan yang lebih komprehensif bagi para pelaku UMKM.
"Hal itu juga sejalan dengan komitmen kami untuk mendorong inklusi keuangan dan memberdayakan UMKM di Indonesia," tuturnya.
Mengenai akuisisi fintech lending terhadap multifinance, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menilai aksi tersebut kemungkinan untuk memperluas ke segmen Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater.
"Tentu semua yang sudah diberikan izin punya strateginya masing-masing. Sekarang, ada BNPL, tetapi BNPL itu beda dengan fintech lending. Jadi, hal yang berbeda tentunya," ungkapnya.
Baca Juga: Industri Fintech Catat Pertumbuhan Laba 66,15% pada Kuartal III-2024, Ini Sebabnya
Suwandi berharap, kinerja BNPL bisa meningkat ke depannya seiring banyaknya pelaku usaha yang menyasar segmen tersebut. "Harapannya bisa tetap naik," katanya.
Hal itu juga selaras dengan pernyataan Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda yang menilai aksi fintech lending mengakuisisi multifinance bertujuan untuk mengembangkan layanan Buy Now Pay Later atau paylater.
"Dengan akuisisi multifinance oleh platform fintech, saya merasa arahnya adalah mengembangkan BNPL," ungkapnya kepada Kontan, Kamis (5/12).
Lebih rinci, Nailul menerangkan bisnis pinjaman daring dengan multifinance mempunyai sistem yang serupa, tetapi berbeda output yang didapatkan oleh peminjam. Pinjaman daring output-nya berupa cashloan, sedangkan multifinance biasanya ada barang yang diperdagangkan.
Nailul menambahkan kemungkinan besar fintech lending yang memiliki multifinance bertujuan untuk menyasar segmen produktif yang bisa membeli barang dengan pembayaran BNPL.
Dia juga menilai tren akuisisi multifinance oleh fintech lending mungkin akan meningkat ke depannya. Hal itu seiring dengan perkembangan BNPL yang sangat pesat.
"Ke depannya, berpotensi akan ada lagi perusahaan multifinance yang diakusisi, baik oleh platform digital maupun non digital," kata Nailul.
Baca Juga: Bunga Pinjaman Turun Mulai Bulan Depan, Jauhi Pinjol ilegal Berikut
Tak bisa dipungkiri memang kinerja pembiayaan BNPL tumbuh begitu subur. Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman mengatakan, piutang pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan per September 2024 tercatat sebesar Rp 8,24 triliun.
"Nilai itu meningkat sebesar 103,40%, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ujarnya dalam keterangan resmi RDK OJK, Jumat (1/11).
Jika ditelaah, pencapaian per September 2024 tercatat tumbuh signifikan dibandingkan pertumbuhan per Agustus 2024. Agusman menyampaikan pertumbuhan piutang pembiayaan BNPL perusahaan pembiayaan per Agustus 2024 tumbuh sebesar 89,20% YoY dengan nilai sebesar Rp 7,99 triliun.
Agusman menambahkan Non Performing Financing (NPF) gross BNPL perusahaan pembiayaan dalam kondisi terjaga, yakni berada di posisi 2,6% per September 2024. Angka itu mencatatkan kenaikan, jika dibandingkan posisi per Agustus 2024 yang sebesar 2,52%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News