kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.577.000   13.000   0,83%
  • USD/IDR 16.375   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.108   27,96   0,39%
  • KOMPAS100 1.052   -1,07   -0,10%
  • LQ45 828   0,75   0,09%
  • ISSI 212   -0,75   -0,35%
  • IDX30 426   0,83   0,19%
  • IDXHIDIV20 509   1,31   0,26%
  • IDX80 120   -0,25   -0,21%
  • IDXV30 124   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   0,01   0,01%

Anak Muda Dominasi Kredit Macet Fintech Lending, Ini Penyebabnya


Kamis, 16 Januari 2025 / 18:40 WIB
Anak Muda Dominasi Kredit Macet Fintech Lending, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. P2P Lending


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan pembiayaan bermasalah atau kredit macet fintech peer to peer (P2P) lending didominasi oleh kalangan usia 19 - 34 tahun atau anak muda dengan porsi 53,48% per November 2024.

Adapun tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90 industri fintech lending tercatat sebesar 2,52% per November 2024.

Baca Juga: Penyaluran Pinjaman P2P Lending Baru 30,91, OJK Targetkan Bisa Capai 70% pada 2028

Menanggapi fenomena itu, pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda tak memungkiri kredit macet yang disumbang anak muda dipengaruhi tren gaya hidup saat ini dan pertimbangan yang kurang matang saat meminjam di fintech lending

Nailul mengatakan tren You Only Live Once (YOLO) membuat anak muda mengeluarkan uang hanya berdasarkan keinginan mereka. Artinya, mumpung masih hidup dan bekerja, mereka akan mengeluarkan uang untuk konsumsi sesuai dengan keinginan mereka. 

"Terkadang keinginan mereka terbentur dengan dana yang miliki. Akhirnya, mereka melakukan pinjaman ke pinjaman daring," ujarnya kepada Kontan, Kamis (16/1).

Baca Juga: Hampir 3.000 Pinjol Ilegal Diblokir Tahun 2024, Cek Namanya & Catat Pinjol Legal 2025

Nailul bilang anak muda lebih memilih meminjam ke fintech lending dan bukan ke kartu kredit karena melihat proses kartu kredit yang lama, kemudian ketidakpastian penerimaan, membuat orang malas mengurus kartu kredit. 

"Masyarakat muda tentu malas berhadapan dengan proses seperti itu. Ditambah anak muda dihadapkan pada kondisi lebih memilih bertransaksi menggunakan gawai. Alhasil, fintech lending yang lebih difavoritkan," kata Nailul.

Sebagai informasi, OJK mencatat outstanding pembiayaan fintech P2P lending per November 2024 mencapai Rp 75,60 triliun. Pencapaian per November 2024 tumbuh sebesar 27,32% Year on Year (YoY).

Selanjutnya: Indonesia Pauses Subsidies for Palm Oil Biodiesel and Replanting

Menarik Dibaca: Libido Turun Usai Bersalin? Ini 5 Cara Meningkatkan Gairah Seksual Setelah Melahirkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×