kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.969.000   -22.000   -1,10%
  • USD/IDR 16.875   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.613   -20,90   -0,32%
  • KOMPAS100 952   -3,65   -0,38%
  • LQ45 742   -2,91   -0,39%
  • ISSI 210   0,12   0,06%
  • IDX30 386   -1,41   -0,36%
  • IDXHIDIV20 465   -1,90   -0,41%
  • IDX80 108   -0,27   -0,25%
  • IDXV30 113   -0,30   -0,26%
  • IDXQ30 127   -0,67   -0,52%

Astra Sedaya pangkas pembiayaan alat berat


Senin, 14 September 2015 / 19:41 WIB
Astra Sedaya pangkas pembiayaan alat berat


Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Astra Sedaya Finance (ASF) mengerem pembiayaan alat beratnya. Perusahaan bahkan memangkas porsi pembiayaan khusus alat berat. Melemahnya harga komoditas perkebunan dan pertambangan dikhawatirkan dapat memicu kenaikan angka kredit macet.

Jodjana Jody, Direktur Utama PT Astra Sedaya Finance (ASF) menjelaskan, dari target pembiayaan tahun ini yang sebesar Rp 25 triliun, pembiayaan alat berat awalnya diprediksi hanya akan berkontribusi 5%. Namun memasuki semester II, target tersebut kembali dipangkas menjadi 2%.

Sekedar informasi, tahun lalu, porsi pembiayaan alat berat ASF mencapai 8%.

Perusahaan memilih memperkecil kontribusi pembiayaan alat berat karena terjadi pelemahan harga jual komoditas. "Kalau tidak diperkecil bakal rusak bisnis kami. Akibatnya terpengaruh terhadap angka kredit macet. Sebab, meski kecil tapi nilai pembiayaan yang diberikan besar," papar Jodjana, Senin (14/9).

Pada Agustus ini dari total nilai pembiayaan sebesar Rp 15,5 triliun porsi pembiayaan alat berat hanya 5% atau berkisar Rp 775 miliar. ASF juga akan lebih selektif dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah khusus alat berat.

Jodjana mengatakan, pihaknya hanya memberikan kepada nasabah existing yang memang memiliki track record pembiayaan baik.  "Mereka yang punya project based misalnya punya usaha rental atau perkebunan baru kami biayai," ujarnya.

Ia mengatakan langkah ini dipilih untuk menjaga kualitas pembiayaan. Apalagi angka kredit macet atau non performing loan (NPL) perusahaan naik dari 0,5% pada Desember 2014 menjadi 0,7% pada Agustus 2015.

Naiknya kredit macet terjadi karena dua hal. Pertama pada segmen pasar individu karena berkurangnya daya angsuran nasabah terhadap cicilan kendaraan. Kondisi ini terjadi karena harga kebutuhan yang mahal sehingga membuat kemampuan nasabah mengangsur berkurang.

Kedua, pada segmen korporasi terjadi pelemahan harga komoditas perkebunan dan pertambangan. Akibatnya, segmen korporasi menunda rencana pembelian kendaraan baru atau bekas.

Pada semester I, ASF membukukan pembiayaan Rp 16,37 triliun, naik 6,6% dari periode yang sama tahun lalu. Penyaluran pembiayaan konsumen pada kendaraan bermotor berkontribusi sebesar 87%. Sisanya berasal dari pembiayaan syariah atau murabahah, sewa pembiayaan dan anjak piutang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×