Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perusahaan pembiayaan PT Astra Sedaya Finance mengaku harus berhati-hati melangkah di awal tahun ini. Pasalnya, kredit bermasalah alias non performing finance (NPF) multifinance ini naik tipis menjadi 0,6%.
Direktur Utama Astra Sedaya Jodjana Jody mengakui, rasio kredit macet yakni berusia lebih dari 90 hari memang naik tipis ketimbang posisi akhir tahun 2015 yang berada di angka 0,5%. "Ada sedikit pemburukan," kata Jodjana kepada KONTAN, Selasa (12/5).
Meski begitu, hingga akhir tahun 2015 ini, ia berharap NPF tetap terjaga yakni di kisaran 0,6%. Strateginya adalah dengan berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan.
Selain mencetak kenaikan tipis kredit macet, Astra Sedaya juga mengaku harus sabar menghadapi penurunan pembiayaan. Hingga bulan April 2015, Astra Sedaya mencetak pembiayaan baru sebesar Rp 8,3 triliun, turun 10% ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 9,26 triliun. "Angka penurunan ini in line dengan pasar otomotif yang drop hampir 15%," kata.
Tren penurunan pembiayaan Astra Sedaya sebenarnya sudah terlihat sejak awal tahun. Tapi, penurunan ini makin mengecil seiring bertambahnya bulan. Dalam dua bulan pertama tahun ini, penurunan pembiayaan Astra Sedaya mencapai 14%. Penurunan ini mengecil menjadi 12% pada tiga bulan pertama menjadi Rp 7,18 triliun.
Adapun hingga akhir tahun 2015, Jodjana berharap pihaknya dapat menghimpun besaran booking yang serupa dengan pencapaian tahun lalu, yakni Rp 27,5 triliun. Berarti, dengan pencapaian empat bulan pertama, Astra Sedaya masih harus memperoleh pembiayaan baru Rp 19,2 triliun di sisa delapan bulan ini atau setara dengan 69,81% dari total target tahun 2015. "Menjelang Lebaran biasanya naik, namun sampai dengan awal Mei kondisi penjualan belum menunjukkan tren perbaikan," tuturnya.
Oleh karena itu, ia berharap, dengan mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah sejak Mei 2015, dana belanja pemerintah yang mengalir dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Dari pembiayaan Rp 8,3 triliun per April lalu, sebanyak 68% masih mengalir ke pembiayaan mobil baru. Adapun sekitar 26% berupa booking mobil bekas. "Sisanya ada pembiayaan alat berat dan fleet," ujar dia. Sementara, komposisi mobil seken atau used car turun dari tahun lalu sebesar 28%. Dari total kredit, ia memprediksi sekitar 27%-28% pembiayaan yang stabil hingga akhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News