kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Amar Akan Gelar Rights Issue, Begini Rekomendasi Analis


Selasa, 24 Mei 2022 / 16:14 WIB
Bank Amar Akan Gelar Rights Issue, Begini Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Kantor cabang?Amar Bank.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) akan melaksanakan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue untuk memperkuat permodalan. Sebab, bank bersandi AMAR ini baru memiliki modal inti Rp 2,00 triliun pada Maret 2022. 

Bank Amar akan merilis 3,59 miliar saham baru atau sebesar 20,6% dari modal ditempatkan disetor penuh perseroan dengan nominal Rp 100,00 per saham. Melalui aksi korporasi tersebut, perusahaan membidik dana hingga Rp 1 triliun. 

“Dana hasil PMHMETD II setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruhnya akan digunakan oleh perseroan untuk memperkuat struktur permodalan dan sebagai tambahan modal kerja perseroan dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah, yang akan direalisasikan secara bertahap,” tulis prospektus Bank Amar pada Selasa (24/5).

HMETD akan dibagikan kepada para pemegang saham perseroan yang tercatat dalam daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 12 Juli 2022 dimana setiap pemilik 100 saham lama Perseroan akan memperoleh 26 HMETD. 

Baca Juga: Kejar Modal Inti Rp 3 T, Bank Amar (AMAR) Bidik Dana Rp 1 T dari Rights Issue

Setiap 1 HMETD akan memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 280,00 per saham yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan formulir pemesanan. Dengan begitu, dana yang akan diperoleh perseroan dari rights issue ini adalah Rp 1,006 triliun.

Menanggapi hal itu, Senior Investment Analyst Infovesta Utama, Edbert Suryajaya menilai harga pelaksanaan di atas Rp 300 seharusnya akan lebih menarik bagi investor dibandingkan harga penebusan Rp 280. 

"Namun sebelum memutuskan untuk membeli, investor perlu untuk mempelajari lebih jauh rencana-rencana dan prospek dari bank tersebut. Hal tersebut untuk melindungi investasi dari investor," kata Edbert, Selasa (24/5). 

Apalagi, di tengah kondisi pasar yang menurutnya, masih fluktuatif sehingga sentimen pasar menjadi negatif. Salah satunya, terkait rencana kenaikan suku bunga The Fed maupun dari Bank Indonesia (BI). 

"Untuk The Fed sendiri konsensusnya adalah naik masing-masing 50 bps pada Juni dan Juli mendatang. Kalau kita ingat, pengumuman kenaikan per Mei kemarin disikapi dengan sangat negatif oleh pasar," jelasnya. 

Baca Juga: Sejumlah Bank Matangkan Strategi untuk Penuhi Kewajiban Modal Inti Rp 3 Triliun

Nah dengan adanya kenaikan yang berpotensi 100 bps bahkan lebih, tentu sentimen pasar bisa sangat fluktuatif. Hal ini perlu menjadi perhatian investor karena sentimen negatif kemungkinan masih mewarnai pasar pada periode Juli 2022. 

"Kondisi ini dapat mengurangi minat investor. Misalnya saja, jika IHSG sedang bearish seperti yang sempat terjadi pada awal bulan ini," tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×