Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jual aset-aset busuk masih menjadi salah satu strategi perbankan untuk mempercantik portofolio mereka. Dengan penjualan aset tersebut rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) diharapkan semakin turun hingga akhir tahun.
Beberapa bank sudah berhasil mencatat penjualan aset cukup tinggi atau meningkat dari tahun sebelumnya. Penjualan itu dicatatkan sebagai pendapatan non bunga.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) misalnya, menargetkan NPL bisa turun ke level 3,3%-3.5%. NPL bank spesialis perumahan ini sudah melandai ke 3,6% per Maret 2022 atau senilai Rp 9,98 triliun, turun periode yang sama tahun lalu masih tercatat 4,25%.
Untuk mencapai itu, perseroan terus berupaya menjual aset-aset busuknya. Penjualan tidak hanya dilakukan secara lelang tetapi juga secara bulksales kepada investor.
Tahun ini, Bank BTN menargetkan penjualan aset bermasalah sebesar Rp 2,4 triliun. Sebesar Rp 1,99 triliun ditargetkan lewat penjualan bulksales dan sisanya dari penjualan lewat lelang.
Baca Juga: Prospek Apik, Intip Rekomendasi Saham BBTN
Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Remedial & Wholesale Risk Bank BTN mengatakan, program bulksales Bank BTN tetap terus berproses sampai Juni 2022 dan masih masih sesuai dengan timeline yang ditetapkan.
Secara internal, BTN telah menyiapkan berbagai hal untuk mendukung pelaksanaan bulksales tersebut, termasuk aturan dan kebijakannya. Saat ini, perseroan masih terus berkoordinasi dengan berbagai elemen eksternal agar bulksales ini dapat terealisasi pada semester II ini.
"BTN menargetkan tahap pertama bulksales dapat terealisasi sebesar Rp 1 triliun," kata Novie pada KONTAN, Selasa (30/8).