kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank BUKU IV klaim masih punya likuiditas yang sangat kuat


Rabu, 08 Juli 2020 / 19:32 WIB
Bank BUKU IV klaim masih punya likuiditas yang sangat kuat


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi likuiditas perbankan saat ini masih bisa dibilang stabil. Hal ini tercermin dari  pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan masih naik 8,87% secara year on year (yoy) menjadi Rp 6.174,6 triliun. 

Namun kalau dilihat berdasarkan bank umum kelompok usaha (BUKU) tercatat mayoritas DPK disumbang oleh kelompok BUKU II dan BUKU IV yang masing-masing mencatat kenaikan 7,95% dan 11,34% secara tahunan. Di sisi lain, kendati lebih rendah sejatinya BUKU III masih naik 4,75% yoy Mei 2020. Namun sebaliknya, kelompok BUKU I malah mencatatkan realisasi pertumbuhan DPK turun 3,44% yoy. 

Baca Juga: Pemerintah jamin kredit UMKM Bank Permata senilai Rp 5 triliun

Beberapa bank besar yang dihubungi Kontan.co.id mengamini bahwa saat ini kondisi likuiditas masih sangat kuat. PT Bank Mandiri Tbk misalnya yang menjelaskan per Mei 2020 DPK (bank only) masih berada di kisaran Rp 836 triliun, jumlah ini menurut Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan meningkat sebanyak 14,59% dari periode yang sama tahun lalu. 

Pun, walau dalam kondisi pandemi Covid-19 hingga saat ini bank berlogo pita emas ini masih menjaga pertumbuhan DPK. "Walau permintaan kredit mengalami penurunan akibat pandemi," terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (7/7) malam.

Sekaligus, hal ini dijaga untuk tetap menjaga kebutuhan likuiditas bank secara umum. 

Rasio likuiditas juga masih terpantau stabil. Misalnya, hingga Maret 2020 rasio loan to financing ratio (LFR) Bank Mandiri masih ada di level 92,8%. Ke depan, pihaknya memilih untuk mentransformasi komposisi pendanaan ke dana murah dengan fokus pada transformasi menjadi bank berbasis transaksi (transaction banking) dan memperkuat layanan digital.

Baca Juga: Meski kredit dijamin pemerintah, bank swasta pilih berhati-hati dalam berekspansi

"Bank Mandiri telah memiliki layanan digital banking yaitu Mandiri Online dan Mandiri Cash Management (MCM) untuk melayani kebutuhan nasabah secara daring (online)," terangnya. 

Senada, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pun meyakini DPK sampai saat ini masih stabil. Direktur Konsumer BCA Santoso Liem menjelaskan dari beberapa rasio likuiditas masih cukup longgar semisal loan to deposit ratio (LDR) sebesar 77,6%. Pun, hingga kuartal I 2020 lalu DPK masih naik 16,8% yoy menjadi Rp 741,02 triliun. 

"BCA senantiasa menetapkan langkah-langkah kebijakan strategis dalam mempertahankan kondisi likuiditas dan posisi permodalan yang solid serta menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kredit dengan kualitas aset yang terjaga," katanya. 

Baca Juga: Optimalkan dana PEN, Bank Mandiri fokus garap sektor pendukung padat karya

Guna mempertahankan posisi likuiditas yang solid, BCA juga mengutamakan pertumbuhan CASA melalui penyediaan layanan perbankan transaksi yang semakin andal, aman dan nyaman bagi nasabah. 

BCA juga senantiasa mendukung gerakan #BankingFromHome, mendorong masyarakat dan nasabah untuk melakukan transaksi finansial melalui platform digital perbankan seperti BCA mobile dan Klik BCA.

Sebagai informasi tambahan saja, merujuk laporan keuangan BCA per April 2020 tercatat realisasi DPK mencapai Rp 737,8 triliun. Angka tersebut tumbuh dari tahun sebelumnya sebesar Rp 637,89 triliun atau naik 15,66% yoy. 

Baca Juga: Jumlah penggunanya diklaim setara perbankan, ini yang bakal dilakukan OVO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×